Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendesak, Penggunaan Tiket Elektronik KRL

Kompas.com - 22/06/2011, 04:04 WIB

Jakarta, Kompas - Penggunaan tiket elektronik atau e-ticketing untuk perjalanan kereta rel listrik di wilayah Jabodetabek perlu segera direalisasikan. Pemerintah seharusnya menyediakan dana untuk pengadaan seluruh sarana pendukung tiket elektronik pada APBN Perubahan 2011.

   Demikian disampaikan peneliti Laboratorium Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, Selasa (21/6). Menurut dia, mesin-mesin untuk membaca tiket elektronik itu sudah dipasang di sejumlah stasiun di Jabodetabek sejak tahun 2007. Namun, alat itu belum termanfaatkan. Sebagian penumpang sempat protes dengan rencana penggunaan alat tersebut.

”Dengan tiket elektronik, bisa diatur tarif tiket berdasarkan jarak tempuh setiap penumpang. Tiket itu juga bisa untuk    mencegah kebocoran tiket dengan membayar di atas KRL, tetapi tidak dilaporkan sebagai pemasukan,” tuturnya.

Apalagi, persoalan tarif yang dipukul rata per koridor juga menjadi salah satu persoalan yang dikeluhkan pengguna jasa KRL pada rencana perubahan pola perjalanan KRL.

Menurut Djoko, selain menjadi salah satu jalan keluar persoalan tarif, dengan tiket elektronik ini PT KAI bisa menghemat biaya pencetakan tiket manual, sekaligus mendorong strerilisasi stasiun. Sistem semacam itu, menurut dia, sudah diterapkan di banyak negara.

Di Hongkong, misalnya, yang memiliki mass transit railway, setiap penumpang yang masuk stasiun harus membeli tiket elektronik. Besaran tarif tiket disesuaikan dengan jarak stasiun yang ditempuh oleh penumpang. Saat meninggalkan stasiun, penumpang harus kembali memasukkan tiket itu ke mesin.

Di Jepang, sistem serupa diterapkan. Penumpang yang rutin menggunakan jasa KRL juga bisa membeli tiket langganan. Secara otomatis, saldo pada tiket itu akan terpotong bila pemegang melakukan perjalanan dengan KRL. Saldo tiket juga bisa ditambah dengan mengisi uang di mesin-mesin.

Peneliti perkeretaapian LIPI, Taufik Hidayat, mengatakan, tiket elektronik mendesak dibutuhkan untuk pelaksanaan pola operasional baru. ”Tiket elektronik bisa membantu penerapan tarif berdasarkan jarak tempuh penumpang,” ujar Taufik.

Persoalan pengadaan alat, sterilisasi stasiun, dan sistem tiket elektronik seharusnya bisa segera diselesaikan bila pemerintah dan operator benar-benar ingin memperbaiki kereta komuter.

Tiket Jabodetabek

Sekretaris Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek Makmur Syaheran mengatakan, tiket elektronik untuk KRL Jabodetabek rencananya diberlakukan pada awal 2012. ”Sistem ini mempunyai perubahan mendasar dari model tiket yang digunakan saat ini. Kami tidak boleh tergesa-gesa dalam mengimplementasikan tiket elektronik,” katanya.

Selama ini, tiket KRL Jabodetabek masih manual. Penumpang membeli tiket di loket dan diberi karcis berupa selembar kertas. Karcis ini diperiksa petugas di dalam KRL. Pada penerapan tiket elektronik, penumpang akan menggunakan kartu dengan saldo tertentu. Saldo pada tiket berkurang bila penumpang melakukan perjalanan.

Makmur mengakui penerapan tiket elektronik akan memecahkan beberapa persoalan yang dihadapi saat ini, seperti besaran harga tiket KRL. ”Dengan tiket elektronik, bisa saja diberlakukan harga tiket berdasarkan jarak tempuh penumpang,” tuturnya.

Selain itu, subsidi bagi penumpang KRL juga bisa diberlakukan lewat kartu yang berfungsi sebagai tiket kereta.

Bersamaan dengan rencana pelaksanaan pola operasional baru KRL, Makmur mengatakan, banyak desakan untuk segera memberlakukan tiket elektronik. Sementara ini pihaknya masih fokus pada pelaksanaan pola operasional baru. (GAL/ART)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com