Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ollie: Teknologi Mempercepat Kesuksesan Saya

Kompas.com - 31/07/2011, 14:21 WIB

KOMPAS.com - Aulia Halimatussadiah, atau yang akrab disapa Ollie adalah penulis 20 judul buku yang juga sukses sebagai enterpreneur digital. Wanita berjilbab yang fashionable ini juga merupakan salah satu inisitor komunitas #StartUpLokal, tempat berinteraksi para penggiat startup digital di Indonesia. Baru-baru ini, ia terpilih sebagai chairwoman OnOff yang merupakan nama dan konsep baru Pesta Blogger di tahun 2011. Bersama dua rekannya, Ollie juga menggagas pertemuan Girl In Tech Indonesia yang diadopsi dari konsep Girl In Tech di San Fransisco, Amerika Serikat.

Beberapa jenis usaha berbasis teknologi digital telah didirikannya, antara lain toko buku online Kutukutubuku, publisher on demand Nulisbuku,com, dan Tempalabs. Wanita kelahiran 17 Juni 1983 ini berbagi cerita kepada KOMPAS.com tentang sepak terjangnya di dunia bisnis. Ia juga menyampaikan sudut pandanganya tentang entrepreneurship dan bisnis kreatif di Indonesia dalam wawancara yang dilakukan usai event Girl In Tech di Jakarta, Kamis (28/7/2011) lalu.

Bisa diceritakan awal mula menjadi enterpreneur?

Saya kuliah tahun 2000 di Universitas Gunadarma jurusan Teknologi Informasi. Tahun 2004 saya lulus dan bekerja di sebuah perusahaan bernama Plasmedia sebagai web developer. Dua tahun bekerja, saya berpikir untuk mendirikan bisnis di luar rutinitas saya sebagai karyawan. Awalnya karena saya sering beli buku secara online dan merasakan kesulitan untuk transaksi karena harus selalu isi formulir, maka saya memutuskan mendirikan toko buku online milik saya sendiri, yakni Kutukutubuku. Saya mendirikan Kutukutubuku tahun 2006 dan dalam waktu satu tahun sudah berkembang pesat sampai diliput berbagai media.

Akhirnya kami menambah karyawan. Saat itu saya bertanya pada mentor saya Bapak Nukman Luthfi (pendiri Virtual Consulting), apa yang harus saya lakukan untuk mengembangkan usaha. Beliau tidak mau jawab kalau saya belum resign dari pekerjaan saya. Akhirnya saya dan Anthony (Angeline Anthony) berpikir selama sebulan dan memutuskan keluar dari pekerjaan masing-masing.

Bagaimana tanggapan orang tua tentang keputusan menjadi penguasaha sepenuhnya?

Anthony dibesarkan dari keluarga pengusaha yang terbiasa dengan kehidupan enterpreneurship sedangkan orang tua saya dua-duanya pegawai negeri dan di keluarga kami memang tidak ada yang menjadi enterpreneur. Saat akan resign saya sampai membawa Anthony ke ayah saya untuk meyakinkan beliau bahwa saya keluar karena punya visi yang matang. Akhirnya ayah saya setuju dan kami sama-sama resign untuk fokus mengurusi bisnis.

Setelah melihat kesuksesan kami berdua, adik kedua saya malah ikut-ikutan membuat game studio, yakni Tempalabs. Saya pun mendukung dan adik pertama saya pun bergabung dalam Tempalabs. Orang tua saya akhirnya mendukung saya dan adik-adik saya karena melihat bagaimana saya menjadi mentor yang baik bagi mereka.

Apa perbedaan yang paling terasa antara menjadi karyawan dengan menjadi enterpreneur?

Yang paling terasa adalah perubahan mindset. Ketika menjadi karyawan saya sangat cuek dengan yang namanya networking, karena pekerjaan saya adalah coding, selalu berhubungan dengan komputer. Saya merasa networking tidak ada gunanya untuk pekerjaan saya. Lalu saya juga menghabiskan waktu untuk rutinitas, bekerja sesuai job description. Setelah menjadi enterpreneur, waktu saya lebih fleksibel dan bahkan saya merasa lebih produktif. Dalam hal menulis buku misalnya, dulu, saya satu tahun hanya bisa menulis satu buku. Setelah resign, saya bisa menulis 4 buku dalam satu tahun. Sekarang saya juga lebih senang menjalin networking karena sangat penting dalam pengembangan bisnis saya.

Bagaimana prosesnya hingga bisa memiliki lebih dari tiga perusahaan online?

Bisnis online kan tidak membutuhkan banyak biaya untuk sewa tempat, gaji banyak karyawan, dan biaya-biaya lainnya. Dulu saya mendirikan Kutukutubuku bersama Anthony adalah dari separuh gaji kami masing-masing saja. Lalu setelah resign, karena saya lebih produktif menulis buku, maka penghasilan saya bertambah dan saya alokasikan untuk modal usaha. Bisnis itu sekalinya sukses, pasti ketagihan untuk bikin lagi dan bikin lagi. Selain Kutukutubuku dan Tempalabs, saya mendirikan juga Nulisbuku.com, dan yang terakhir e-commerce solution.

Bagaimana cara mengatur agar semuanya bisa dikelola dengan baik?

Bisnis yang baik adalah bisnis yang bisa ditinggal. Artinya, ketika founder telah membangun sistem yang baik, maka founder sudah tidak perlu repot turun langsung dalam operasional sehari-hari. Sebagai founder sekarang saya lebih fokus kepada networking, sehingga saya banyak aktif di berbagai kegiatan untuk memperluas networking yang nantinya bisa membantu mengembangkan bisnis saya.

Menurut Ollie, apa yang harus dimiliki oleh seseorang untuk bisa jadi seorang enterpreneur?

Pertama, harus punya keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Kebanyakan orang takut gagal duluan jadi ga berani mulai. Ada beberapa orang yang datang ke saya dan cerita bahwa mereka punya ide tapi ga bisa coding. Ada juga yang bisa coding tapi ga punya ide bisnis. Padahal mereka seharusnya bisa berkolaborasi. Cara menemukan partner, satu-satunya adalah menjalin networking. Lakukan pitching sederhana setiap kali ada event networking.

Kedua, penguasaan bahasa Inggris. Banyak investor asing yang tertarik dengan ide-ide kita, tapi kalau kita tidak bisa menyampaikan ide dengan baik karena kendala bahasa, tentu sangat disayangkan. Oleh karena itu, penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris juga jadi faktor penting.

Bagaimana perkembangan enterpreneur Indonesia di mata Ollie?

Jumlah enterpreneur kita memang masih sedikit, tapi perkembangannya cukup baik dan kita sudah masuk ke masa bukan lagi mencari investor tetapi kesiapan kita menghadapi investor. Apakah enterpreneur kita siap ketika disodori uang 10 miliar USD (dollar AS)? Investor sekarang bisa ditemui di mana-mana, tetapi yang paling penting apakah enterpreneur kita siap menghadapi mereka? Apa yang bisa kita beri untuk mereka? Itu sebabnya saya dan teman-teman inisiator #StartUpLokal mengadakan Project Eden, untuk mempersiapkan tim start-up yang sudah punya ide, agar siap bersaing di dunia bisnis yang sesungguhnya, siap menghadapi investor dengan skala yang lebih besar.

Bagaimana pandangan Ollie tentang fenomena akuisi oleh investor asing terhadap startup lokal seperti Koprol oleh Yahoo?

Menurut saya Koprol adalah role model yang bagus untuk perusahaan startup Indonesia. Mereka punya sesuatu yang menarik perusahaan asing untuk melakukan akuisisi. Kalau pertanyaannya apakah terlalu cepat, menurut saya kembali ke idealisme founder-nya. Apa yang dicari dari akuisisi tersebut? Di angka berapa dia mau melepas? Lalu bagaimana bentuk kerja sama jangka panjangnya?

Kalau saya di posisi founder Koprol, akan ada banyak pertimbangan yang akan saya pikirkan. Terutama satu hal, yakni saya tidak mau kembali berada di bawah. Saya ingin tetap menjadi pemilik perusahaan saya. Karena sebagai enterpreneur, saya sudah terbiasa independen mengambil keputusan dan ketika akuisisi terjadi, tentu keputusan yang diambil harus berdasarkan kesepakatan dua belah pihak. Jadi harus banyak pertimbangan sebelum memutuskan akuisisi. Saya mungkin mau melepas perusahaan saya apabila angka yang ditawarkan cukup besar sehingga bisa membangun bisnis baru.

Ollie menghadiri event Regional Enterprenurship Summit (RES) di Bali dan bertemu Hillary Clinton. Bisa diceritakan pengalaman apa saja yang menarik selama berada di sana?

Hillary hanya pidato selama 30 menit dan lebih banyak menghadiri event Asean Summit. Beliau mengatakan Indonesia punya modal yang sangat besar, yakni orang-orang kreatif dari 200 jutaan penduduk. Kreatifitas orang Indonesia adalah asset bagi kemajuan entrepreneurship. Selama tiga hari, saya bertemu dengan pengusaha-pengusaha offline dari berbagai negara yang merupakan pemilik usaha franchise. Rata-rata, masalah enterpreneur di beberapa negara itu sama, mereka juga mempertanyakan regulasi pemerintah, kebijakan-kebijakan yang lebih friendly, access to capital.

Dan di breakout session saya bertemu perempuan-perempuan pengusaha venture capital yang mereka memiliki pemahaman yang sama bahwa jika perempuan pengusaha ingin maju di suatu negara, harus ada banyak role model di negara tersebut. Kalau di Indonesia, pengusaha perempuan yang menjadi role model mungkin kita bisa sebut Ibu Tri Mumpuni. Dia menciptakan listrik di sebuah desa yang kemudian malah dibayar oleh PLN dan desa-desa lainnya. Semua negara harus punya contoh sukses seperti itu.

Lalu yang paling menarik adalah kenyataan bahwa perempuan pengusaha-pengusaha offline tersebut tidak banyak yang melek teknologi. Melihat saya yang sukses di bisnis online, mereka penasaran dan ingin mempelajari juga cara berbisnis online. Saya beruntung menguasai teknologi. Kalau saya juga berbisnis offline seperti mereka, belum tentu saya ada di posisi yang sekarang ini. Mungkin bisa, tapi mungkin lebih lama. Teknologi sudah mempercepat kesuksesan saya dibandingkan pengusaha offline yang berbisnis dengan cara konvensional

Bagaimana dengan dukungan pemerintah terhadap industri digital selama ini menurut Ollie?

Saya memulai bisnis online sejak 2006 dan menurut saya sekarang pemerintah sudah lebih peduli terhadap enterpreneur terutama di bisnis kreatif. Dengan adanya event PPKI 2011 kemarin dan portal Indonesia Kreatif, pemerintah sudah menunjukkan kepeduliannya. Namun, pengusaha sebaiknya tidak bergantung kepada pemerintah. Buat saya, diberi bantuan saya terima, tidak diberi pun tidak masalah. Kalau kita bisa benar-benar menunjukkan perubahan, lama kelamaan juga pemerintah akan perhatian juga.

Ada tips untuk calon enterpreneur di Indonesia?

Kembali kepada passion masing-masing. Kalau sudah tahu passion-nya, pasti tahu harus ke mana. Lalu mulailah bergerak dan temukan peluang. Ketika sudah melakukan gerakan pertama, biasanya tidak mau berhenti. Seperti saya yang punya passion di buku. Setelah menyelesaikan buku pertama, saya terus menulis buku kedua, ketiga, dan seterusnya. Kalau mau ketemu peluang, bergerak aja with your passion and your dream, do all out. Uang, ketenaran, semua akan datang dengan sendirinya. Begitu pula dengan memulai bisnis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com