Untuk menggerakkan posyandu, ujar Minarto, petugas kesehatan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dapat memanfaatkan dana bantuan operasional kesehatan (BOK) untuk puskesmas. Dana itu dapat digunakan untuk operasional posyandu ataupun pelatihan bagi kader-kader posyandu.
Razak menambahkan, untuk menarik masyarakat agar mau datang kembali ke posyandu, posyandu harus direvitalisasi. Posyandu harus dibuat menarik bagi anak-anak dan orangtua, misalnya dengan menambahkan permainan atau cara penyuluhan yang menarik tentang gizi dan kesehatan.
Selain itu, kebijakan kesehatan, gizi, dan pertanian juga harus kembali dikaitkan. Selama ini, kebijakan pertanian hanya berbasis komoditas. Akibatnya, produksi pangan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan pangan masyarakat setempat.
”Makanya, banyak daerah surplus pangan (beras), tetapi di tempat yang sama banyak kasus kurang gizi,” kata Razak.
Ketua Kaukus Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat Subagyo Partodihardjo mengingatkan, selain posyandu, penyuluhan dan pemantauan gizi juga penting dilakukan kepada anak-anak sekolah. Para kader pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) perlu diaktifkan kembali untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya memperhatikan gizi keluarga.