Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mangkutana, Tempat Singgah Turis Asing

Kompas.com - 17/03/2012, 10:50 WIB

Tanpa terasa sudah 30 km kami mendaki.  Pukul 11.00, saat memasuki Cagar Alam Faruhumpenai kami istirahat di hutan dan memasak teh manis.

Pemandangan luar biasa indah. Deretan puncak gunung yang membiru di kiri-kanan diselimuti awan. Guratan lembah dan punggungannya menghijau tertutup hutan lebat.

Di beberapa titik sepanjang jalan terdapat poster yang mengindikasikan adanya konflik perebutan tanah adat Suku Pamona. Di Jakarta, teman-teman aktivis masyarakat adat mengatakan, persoalan tanah adat memang menjadi isu penting di kawasan Sulsel-Sulteng.

Mahir Takaka, tokoh warga menyatakan, pihaknya masih memperjuangkan hak ulayat warga setempat. Di banyak tempat, tanah itu dikonversi menjadi perkebunan sawit dan sebagainya.

Tidak sepenuhnya keasrian hutan di kawasan ini terjaga. Saya perhatikan Sungai Kalaena alirannya melebar sekitar 30-40 meter dan airnya coklat keruh. Kondisinya berbeda sekali dengan tahun 1994, saat teman-teman Mahitala Unpar mengarunginya dengan perahu karet. Saat itu aliran sungai jernih kehijauan. Erosi dan mungkin kerusakan hutan daerah hulu membuat sungai jadi keruh dan melebar.

Setelah 30 km mendaki hingga ketinggian 610 meter, jalan lalu menurun mengikuti kontur sepanjang 5 kilometer hingga ketinggian 500 meter. Jalan  melintas jembatan hulu Sungai Salonua yang airnya menggelegak menurui bebatuan dari atas lereng tinggi.

Jalan kembali menanjak sepanjang 29 km sampai ke batas provinsi lalu menurun tajam. Yang disebut batas berupa monumen dan gapura besar. Ada beberapa warung di sekitarnya.

Kami meluncur turun sepanjang 10 kilometer sampai bertemu antrean kendaraan sepanjang dua kilometer. Rupanya jalan terputus oleh longsor.

Badan jalan hilang sepanjang 20 meter. Kami terpaksa membongkar pannier dan memanggul sepeda melintasi material longsoran berupa lumpur tanah liat dan bebatuan.

Sudah sepuluh hari jalur poros Trans Sulawesi itu terputus. Upaya perbaikan dengan memasang jembatan darurat sudah dua kali dilakukan, namun tanah kembali longsor menghancurkan jembatan.  Kendaraan menuju Makassar atau Palu terpaksa memutar melalui Soroako. Truk-truk pengangkut sayur dan buah-buahan yang terjebak di antrean, terpaksa membiarkan muatannya membusuk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com