Irawan Mangunatmadja mengatakan, salah satu kunci keberhasilan mengontrol bangkitan adalah penegakan diagnosis sedini mungkin dan obat yang tepat. Kepatuhan pasien mengonsumsi obat secara rutin penting bagi pengobatan.
”Serangan kejang sering berulang akibat ketidakpatuhan minum obat akan menyebabkan jaringan otak yang masih sehat menjadi rusak sehingga menyulitkan terapi epilepsi,” ujarnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi pengidap epilepsi di dunia 1-2 persen. Dengan perhitungan itu, ada 2 juta penduduk Indonesia penyandang epilepsi. Irawan mengatakan, RSCM menangani 120 pasien epilepsi baru per tahun.