Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Penyebab Gemuk, Lemak atau Gula?

Kompas.com - 22/06/2012, 10:48 WIB

Akan tetapi, beberapa pakar menyebutkan, sirup jagung bisa menimbulkan adiksi. Dua dekade kemudian jumlah softdrink yang diasup orang Amerika rata-rata naik dua kali lipat dari 350 kaleng per tahun menjadi 600 kaleng.

Susan Neely dari American Beverages Association menolak anggapan bahwa tingginya konsumsi softdrink sebagai penyebab obesitas di negara Barat. "Bukti menunjukkan bahwa obesitas terjadi karena seseorang mengasup terlalu banyak kalori tanpa olahraga untuk mengimbanginya," katanya.

Sementara itu, Dr Jean-Marc Schwarz dari San Francisco General Hospital mengatakan bahwa jumlah fruktosa yang dikonsumsilah yang membuatnya berbahaya.

"Fruktosa memang tidak memiliki efek toksik seperti timah. Ia juga tidak bisa dibandingkan dengan merkuri, tetapi kuantitas yang kita konsumsi yang membuatnya menjadi racun," kata Schwarz.

Di dalam tubuh, fruktosa akan dengan mudah diubah menjadi lemak. Para ilmuwan juga menemukan hal tersebut akan menekan kerja hormon vital yang disebut leptin. Hormon ini bertugas untuk memberitahu otak jika kita sudah kenyang.

Jika liver sudah berlebihan gula, leptin lambat laun akan berhenti bekerja sehingga tubuh tidak akan menyadari kapan kita kenyang. Akibatnya, kita pun makan terus-menerus.

Sejak tahun 1970-an, lemak dituding menjadi pemicu penyakit jantung. Pola pandang seperti itu membuat produsen menciptakan berbagai produk "rendah lemak". Sayangnya, produk-produk yang dianggap mengandung lemak tinggi itu digantikan dengan produk yang mengandung gula.

Banyak orang menganggap makanan yang bergula lebih sehat dibanding makanan berlemak. Padahal, makin banyak gula yang diasup, makin banyak keinginan kita untuk makan lagi.

David Kessler, mantan anggota FDA, meyakini gula bersama dengan lemak dan garam menimbulkan efek kecanduan yang sama bagi otak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com