Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membujuk Suami Tangani Tugas Rumah Tangga

Kompas.com - 08/07/2012, 04:02 WIB

SAWITRI SUPARDI SADARJOEN

Pasangan perkawinan yang baru menikah kebanyakan memiliki karier di luar rumah. Rumah tangga menjadi tanggung jawab kedua pasangan. Namun, beban dominan untuk urusan domestik masih ditanggung oleh istri. Posisi lelaki dibudayakan oleh lingkungan sebagai pihak yang seyogianya diladeni.

Kondisi menjadi tidak adil, suami/istri kerja penuh di luar rumah, tetapi hanya istri yang berperan dominan dalam kerapian dan pengelolaan rumah tangga (overfunctioning), sedangkan suami berperan underfunctioning.

Lani dan Toni adalah pasangan perkawinan eksekutif muda. Sudah dua tahun mereka memutuskan untuk tidak mempekerjakan pekerja rumah tangga (PRT). Pada tahun pertama, Lani, sepulang kerja selalu mengurus urusan RT, termasuk mencuci pakaian dan menyetrika pakaian Toni. Lama-kelamaan Lani merasa kelelahan dan jengkel karena tak tersisa sedikit pun waktu untuk dirinya sendiri.

Selama itu Toni hanya mau membantu membuang sampah. Untuk itu, mereka sering bertengkar, ”aku capek, Ton, bantu aku dong, cuci piring kek atau lainnya”. Walaupun Lani beberapa kali mengeluh, Toni bergeming, sementara Lani tidak tahan tinggal di rumah yang berantakan. Setelah bertengkar, mereka berbaikan lagi dan Lani tetap merasa bahwa kebersihan dan kerapian apartemen adalah tanggung jawabnya. Memang sesekali Lani menggerutu dan kesal kepada Toni, tetapi lama-kelamaan Toni menganggap gerutuan Lani hanya sekadar kejengkelan sesaat, yang tidak perlu diperhatikan. Jadi belum terbina relasi suami istri sebagai mitra sejajar pada area RT.

Memang untuk sementara waktu posisi relasi Lani dan Toni masih dalam batas kemampuan kendali Lani. Namun, kondisi tersebut sebenarnya merupakan ”bom waktu” untuk kedua pasangan tersebut, yang bisa menjadi fatal. Artinya, Lani tertekan, menderita depresi terselubung yang bisa termanifestasi dalam berbagai keluhan fisik, seperti sakit mag, neurasthenia, lemas seluruh badan, dan berbagai keluhan psikosomatik lainnya, dengan efek lanjut produktivitas dan kualitas kerja Lani. Tentu saja, kariernya pun terhambat.

Pencegahan

Upaya pencegahan terhadap kemungkinan depresi terselubung dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Saat Lani dan Toni dalam kondisi yang nyaman, Lani mengungkapkan perasaannya dengan cara sebagai berikut: ”Ton, saya punya masalah dengan kerjaan rumah tangga, saya jenuh dengan mencuci pakaian dan menyetrika. Saya ingin berbagi tugas dengan kamu supaya saya bisa menyimpan sedikit energi untuk diri saya sendiri.”

Dalam hal ini, Lani tidak boleh menyudutkan dan mengkritik Toni sebagai suami atau membandingkan dengan suami temannya, walaupun mungkin Toni akan merespons pernyataan Lani. ”Ah, istri-istri lain juga mengerjakan hal-hal yang sama dengan kamu, tapi mereka tidak mengeluh”, Lani hendaknya menjawab, ”Saya adalah saya, Ton, tidak sama dengan istri-istri lainnya.”

2. Ternyata Toni masih tidak turun tangan, kecuali membuang sampah, karena ternyata Lani tidak juga mengubah perilakunya dan Lani tetap mengerjakan tugas rumah seperti biasa. Tentu saja Toni tetap merasa nyaman dan puas dengan kehidupannya, sementara Lani kesal berkelanjutan. Artinya, relasi di antara kedua pasangan justru baru berubah apabila Lani melakukan perubahan lebih dahulu.

3. Lani hendaknya mencatat tugas RT apa saja yang biasa dilakukan, kemudian pilihlah tugas yang benar-benar membuat Lani merasa sanggup mengerjakan dengan hasil yang menyenangkan dirinya. Lani ”suka” ruang keluarga dan dapur yang rapi dan bersih, tugas RT lainnya ditempatkan dalam kolom ”tidak suka”. Letakkanlah daftar tersebut di atas meja yang pasti akan membuat Toni membacanya.

Jika Toni tetap bergeming, bicarakanlah daftar tersebut dengan sikap yang lebih tegas sehingga membuat Toni mengerti rencana tugas rumah tangga yang akan dilakukan Lani. Keesokan hari dan hari-hari berikutnya, sepulang dari kantor, Lani hanya merapikan kamar tidur dan merapikan dapur setelah selesai masak. Tugas lain, seperti mencuci dan menyetrika pakaian Toni, tidak dikerjakan. Pakaian kotor Toni menumpuk, dan kalau tidak segera dicuci, Toni akan kehabisan pakaian bersihnya untuk ke kantor.

Berubah

Pelan tapi pasti Toni akan mulai turun tangan dan membantu Lani mengerjakan tugas rumah tangga lain, di luar ruang keluarga dan dapur. Saat Toni mulai mencoba melakukan sebagian dari tugas itu, dapat dipastikan hasilnya tidak akan serapi hasil kerja Lani. Dalam hal ini memang Lani harus memberi toleransi dan tetap menghargai seberapa pun Toni sudah berusaha. Yakinlah, jika seseorang mampu berkarier baik di kerja formal, pasti akan mampu juga mengerjakan tugas RT yang sifatnya praktis dan sederhana saja. Hanya butuh waktu untuk menjadi terampil.

Dari contoh ini, ternyata jika Lani ingin mengubah relasi dengan Toni, perubahan harus diawali oleh Lani. Nah, saat itulah peran overfunctioning Lani dalam tugas RT pelan-pelan bergeser ke bawah dan peran underfuctioning Toni sebagai suami dalam tugas RT akan meningkat, dan terjadi titik temu yang menunjukkan keseimbangan peran suami-istri dalam tugas RT.

Tentu saja pembagian kerja yang berimbang akan membuat kedua belah pihak nyaman, karena masing-masing punya waktu untuk diri tanpa mengabaikan waktu pasangannya dan karier keduanya pun melesat optimal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com