Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/01/2013, 10:39 WIB

Dibawa jatuh
Dalam hidup, Sarah selalu tertantang meraih sesuatu yang lebih baik daripada yang disediakan. Ketika hendak mendaftar untuk Jurusan Teknik Pesawat Udara di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug, ia tiba-tiba terpikat pada pilihan lain, yaitu Jurusan Penerbang.

Ia lalu menjalani rangkaian tes, termasuk tes bakat, yang membawanya terbang untuk pertama kali. Pada ketinggian 3.000 kaki, instruktur tiba-tiba mematikan mesin dan sesaat membiarkan pesawat latih itu jatuh bebas. ”Baru nerbangin pesawat pertama kali sudah dibawa jatuh,” ujarnya.

Sarah lolos ujian mental itu dan kemudian menjalani pendidikan gratis sebagai calon pilot selama dua tahun dua bulan. Ia menjadi satu-satunya siswa perempuan. Sarah berjuang keras agar kekuatannya ketika berlari atau di saat push up bisa menyamai rekan-rekannya yang cowok.

Begitu lulus pada Februari 2009, ia menjadi pilot Garuda dan mulai terbang pada 2010. Ketika ditanya rute yang ditempuh saat pertama kali membawa pesawat berpenumpang, Sarah tertawa dan menjawab, ”Saya lupa.”

Satu hal yang tak pernah dilupakannya adalah ketika kapten pesawat pura-pura meninggal dunia dan untuk pertama kalinya ia menerbangkan pesawat tanpa panduan. ”Rasanya benar-benar harus bertanggung jawab sama penumpang. Ternyata saya bisa menerbangkan pesawat sendiri,” tambahnya.

Sejak kecil, Sarah sudah akrab dengan dunia penerbangan. Ia sering kali diajak ke tempat kerja ayahnya yang bertugas di bagian teknik penerbangan. Sempat lima tahun mengikuti ayahnya tinggal di Biak, Sarah berharap suatu saat bisa membuka sekolah untuk anak-anak kurang mampu di sana. Agar suatu hari kelak, mereka bisa terbang juga bersama Sarah untuk menggapai mimpi....

Di antara ayam jago
Ketika Sarah masih di dalam kandungan, sang ibu sudah terbiasa berhadapan dengan binatang liar, seperti biawak, di pedalaman Biak, Papua. Sarah lantas bertumbuh menjadi gadis kecil yang pemberani, periang, dan tomboi.

Jika ayahnya sedang memperbaiki mesin, Sarah kecil ikut-ikutan sibuk dengan membalikkan sepeda mininya. Sifat tomboi itu ternyata berlanjut ketika ia menjadi satu-satunya siswa perempuan di STPI. Di STPI, Sarah harus tampil seperti ayam jago, julukan bagi anak laki-laki siswa STPI. Rekan-rekannya akan meledek setiap kali dia ingin menangis. ”Lu cengeng banget, sih, baru kayak gitu,” ujar Sarah menirukan ucapan rekan-rekannya kala itu.

Ketika rekan-rekannya mengagumi kecantikan pramugari saat tes kesehatan bareng, Sarah hanya berujar, ”Iya cantik-cantiklah, enggak ada yang dihukum!”

Seorang sahabatnya lantas menimpali, ”Tenang Sarah, kamu tetap paling cantik di ketinggian one up to three thousand feet ha-ha-ha....”

Ketinggian jelajah terbang Sarah kala itu memang di antara 1.000-3.000 kaki. Kebalikannya, setelah Sarah menjadi pilot, rekan-rekan sesama lulusan STPI menuntutnya untuk tampil lebih ”cewek”. Mereka sampai membelikannya gaun hingga sepatu hak tinggi.

Pramugari di Garuda Indonesia juga selalu mendorong Sarah agar berdandan. Dari awalnya bergaya kasual dengan jins dan kaus, Sarah mulai merias wajah. ”Pramugari bilang jangan terlihat kucel dong. Make up dikit karena bawa nama Garuda dan bangsa,” kata Sarah.

Bekerja di lingkungan yang didominasi pria, Sarah bertekad akan menjadi istri dan ibu yang baik. ”Saya lebih cocok punya pacar yang enggak sering ketemu. Sebulan sekali ketemu itu lebih bagus,” tambah Sarah sambil tertawa.

Ia pun sudah menyiapkan siasat perawatan anak jika telah menikah dan harus terbang jauh. Sarah berencana mengajak anaknya ikut terbang dengan dijaga sang nenek.

”Jangan sampai anakku tahunya ibunya itu mamaku. Airbus terbang paling lama sembilan hari, bayi bisa diajak. Sisanya, bisa pulang setiap tiga atau empat hari sekali,” ujar Sarah.

(Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com