Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/02/2013, 10:15 WIB

KOMPAS.com — Wajar saja jika anak balita banyak maunya karena terkait perkembangan egosentrisnya. Meski demikian, perlu juga diajarkan cara menahan keinginan agar si kecil dapat mengontrol emosi.

Ratih Zulhaqqi, MPsi, perwakilan Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menyarankan agar orangtua perlu membuka ruang diskusi dengan anak balitanya. Memang, sering kali orangtua mengalami dilema saat menghadapi permintaan anak. Kalau permintaan terus-menerus dikabulkan, ditakutkan anak kebablasan sering minta ini dan itu. Namun jika permintaan anak diacuhkan, maka orangtua khawatir dibilang pelit, pilih kasih, dan sebagainya.

Sebetulnya sebelum mengiyakan atau menolak permintaan anak, buka saja ruang diskusi. Meskipun masih usia prasekolah, anak-anak dapat diajak bicara tentang skala prioritas kebutuhannya. Misalnya, diajarkan memilih mana yang hanya sekadar keinginan dan mana yang memang kebutuhan.

Coba lakukan negosiasi dan buat kesepakatan, misalnya, "Oh, Adek ingin kalung yang kayak dipakai anak itu? Bukannya kita ke mal ini karena Mama mau membelikan sepatu Adek? Kan, sepatu Adek yang lama sudah kesempitan. Jadi, mau beli kalung atau sepatu? Mama cuma mau membelikan salah satu. Kalau mau beli kalung berarti Adek pakai sepatu yang kesempitan."

Bisa saja setelah mendengar alasan Anda, si kecil jadi marah atau menangis karena kebutuhannya tidak terpenuhi. Kalau sudah begini, jangan terpancing emosi. Jangan malu dan ragu memperlihatkan sikap tegas dan konsisten meski di ruang publik. Tetap tenang dan katakan baik-baik. "Kamu boleh menangis dan Mama tunggu di kursi itu ya, sampai nangis-nya selesai. Tapi Mama tetap tidak akan membelikan yang kamu minta sekarang."

Percayalah, selama pembiasaan konsisten diterapkan orangtua, si kecil akan pelan-pelan belajar mengendalikan dirinya. Sejak dini anak harus tahu, tidak semua permintaannya harus dipenuhi karena ada regulasi atau peraturan yang disepakati. Dengan belajar menahan keinginan, sistem regulasi emosi dan kontrol kebutuhan pada dirinya akan bekerja baik.

Efeknya, akan membuat anak menjadi lebih mudah dalam mengatur diri dan menata hidupnya. Ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bisa mengontrol emosinya ketika keinginannya tidak terpenuhi. Ia juga fleksibel dan dapat menerima kondisi tersebut dengan tetap menunjukkan perilaku baik, semisal tidak ngambek.

Selain membuka ruang diskusi, orangtua juga harus bersikap konsisten dalam menyikapi anak yang serba ingin ini-itu, yaitu sejak dini sudah menerapkan atau mengeset aturan-aturan. Contohya, "Adek boleh makan es krim seminggu sekali setiap Sabtu." Adanya aturan-aturan ini membuat anak jelas dan tahu bahwa selain Sabtu, dia belajar mengendalikan keinginan makan es krimnya.

(Tabloid Nakita/Dedeh Kurniasih)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com