Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2013, 11:55 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis

KOMPAS.com — Perempuan bertubuh besar menghadapi sejumlah masalah yang membatasi dirinya untuk berkembang atau mengeksplorasi diri dan potensinya. Masalah paling besar yang sering kali menyulitkan mereka adalah fashion. Selain masalah lain seperti diskriminasi dalam pekerjaan, percintaan, bahkan keluarga.

Pendiri komunitas Xtra-L dan Miss Big Indonesia, Ririe Bogar, mengatakan, fashion menjadi masalah nomor satu bagi perempuan bertubuh besar. Bagaimana cara berpakaian yang nyaman tetapi tetap stylish menjadi perhatian sekaligus kekhawatiran. Karena itu, menurut Ririe, perempuan bertubuh besar sangat membutuhkan role model agar percaya diri bergaya dengan ragam model busana.

Upaya Ririe yang sering memposting gaya berpakaian melalui Facebook rupanya menjadi sumber inspirasi bagi anggota komunitasnya juga perempuan bertubuh besar lainnya. Bahkan, Ririe kerap diminta menampilkan gaya berbusana muslim untuk perempuan bertubuh besar.

"Saya non-Muslim, tetapi banyak teman-teman yang meminta gaya busana muslim. Mereka butuh role model fashion hijab. Mau tak mau saya harus menampilkannya. Saat ini saya bekerja sama dengan desainer busana muslim, dan rencananya akan menampilkan gaya berhijab untuk perempuan bertubuh besar melalui website Ririe Bogar," ungkapnya kepada Kompas Female seusai peluncuran ajang Miss Big Indonesia 2013, Senin (19/8/2013).

Labeling
Tak hanya gaya penampilan yang menjadi isu besar. Perempuan bertubuh besar juga mengalami labeling negatif bertahun-tahun, yang perlahan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Labeling yang mengarah pada berbagai bentuk diskriminasi ini terjadi di dunia kerja, hubungan asmara, dan keluarga.

Ririe mengatakan, orang yang telanjur bertubuh besar, gemuk sejak lahir, juga mereka yang gendut sejak kecil karena pola makan yang salah, hanya punya dua pilihan.

"Bagi yang telanjur gendut, pilihannya ada dua, menjadi gendut bahagia dan sehat atau menurunkan berat badan dengan cara sehat. Jangan jadi stuck karena gendut dan enggak bisa berbuat apa-apa," ungkap Ririe yang komunitasnya beranggotakan 6.000 orang dari seluruh Indonesia ini.

Labeling negatif dari masyarakat bahkan keluarga mungkin bisa berkurang, tetapi tak bisa diubah dengan mudah. Karenanya, bagi Ririe yang terpenting adalah perubahan pola pikir dari perempuan itu sendiri.

Ririe yang sering mendengar keluhan dari perempuan bertubuh besar mengakui, kesulitan terbesar adalah orang itu sendiri. Bagaimana para perempuan bertubuh besar ini memandang dirinya, tanpa memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri.

"Orang gendutnya yang harus berubah terlebih dahulu. Jatuh cinta dengan diri sendiri itu sulit. Selama masih menghina diri sendiri, belum berdamai dengan diri, sulit untuk jatuh cinta kepada diri sendiri," sarannya.

Ririe mengatakan, jika perempuan bertubuh besar memiliki pikiran yang sehat dan positif, berbagai diskriminasi di tempat kerja, percintaan, juga keluarga takkan membatasi dirinya.

Perempuan bertubuh besar kerap mengalami kesulitan di tempat kerja. Baik perlakuan yang membuat dirinya merasa tak dihargai bahkan berbagai bentuk diskriminasi lantaran bobot tubuhnya yang berlebih.

"Jika sulit mencari pekerjaan, ciptakan pekerjaan untuk diri sendiri. Ciptakan lapangan pekerjaan," saran Ririe kepada teman perempuannya yang mengalami kesulitan di tempat kerja karena berbadan besar.

Diskriminasi di tempat kerja juga dialami finalis Miss Big Fotogenic Indonesia 2010, Elissa Tania.

"Saat 21 tahun berat badan saya 96 kg, sejak usia 18 saya sudah bekerja. Di tiga tempat kerja saya sebelumnya, asuransi kesehatan saya dipotong setengahnya, padahal tes kesehatan menyatakan saya dalam kondisi sehat meski berbadan besar. Saya juga pernah bekerja di majalah perempuan, dan saya kerap 'disembunyikan' karena berbadan besar,"ungkapnya.

Selain kesulitan di tempat kerja, perempuan bertubuh besar juga mengalami masalah dalam percintaan. Masalah ini juga terkait dengan labeling negatif dari keluarga.

Keluarga, terutama ibu, paling sering melabel bahwa perempuan jika bertubuh gemuk akan sulit mendapatkan jodoh. Alhasil, doktrin selama bertahun-tahun ini pun mengakar dalam diri perempuan bertubuh besar. Mereka pun menjadi tak percaya diri untuk mendapatkan kekasih.

"Doktrin semacam ini sudah dialami sejak kecil bagi orang yang sejak lahir memang sudah gemuk. Yang terpenting adalah mengubah mindset orang gemuk itu sendiri agar bisa lebih percaya diri," tutur Ririe.

Kalau memiliki kepercayaan diri, orang lain akan melihat kualitas dan potensi si perempuan gemuk bukan semata ukuran tubuhnya.

Lagi pula, kata Ririe, banyak pria cerdas di luar sana yang tak semata melihat ukuran tubuh namun mencermati kualitas diri perempuan.

"Kalau ada perempuan bertubuh kurus tetapi tidak punya manner, laki-laki juga tidak akan suka. Tapi kalau ada perempuan gendut yang berkualitas, pria pun akan tertarik. Cantik itu bukan kurus. Gendut pun cantik," tandasnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com