Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/02/2014, 09:11 WIB
Syafrina Syaaf

Penulis

Sumber NAKITA

Hindari memberikan perintah pada saat dan kondisi anak yang tidak tepat, umpama sedang capek, lapar atau mengantuk, karena bisa dipastikan akan melahirkan ”pemberontakan” atau membantah. Permintaan pada anak sebaiknya disampaikan dalam kondisi anak tenang, santai, dan ceria.

8. Pilihan terbatas.

Misal, anak tidak mau segera tidur, orangtua bisa menggunakan kata, “Adek mau gosok gigi dulu atau ganti baju dulu baru tidur?” Dengan begitu anak merasa dilibatkan saat pengambilan keputusan. Tak kalah penting,  fokus tentang apa yang harus dilakukan. Misal, jika ingin menyuruh anak membereskan mainan, fokuslah pada masalah itu, “Membereskan mainan lebih penting untuk dikerjakan sebelum menonton teve. Jika tidak mau membereskan mainan, maka teve akan dimatikan.” Yang pasti, pesan yang ingin disampaikan harus jelas, sederhana dan tidak otoriter. Sekali lagi, anak akan merasa bosan jika orangtua selalu membahas hal yang sama berulang-ulang dan terlalu panjang.

9. Jadilah contoh.

Orangtua menjadi role model bagi si prasekolah. Tak hanya menyuruh anak membereskan mainan, tapi mencontohkan bagaimana kerapian di rumah harus dijaga. Bagaimana ayah-ibu  selalu membereskan seprai tempat tidur setelah bangun, menata sepatu di raknya kembali dengan baik, dan lainnya. Dengan sering melihat contoh dari orangtua, lebih mudah bagi anak untuk menurut saat diminta melakukan sesuatu. 

10. Reward and punishment.

Penghargaan (reward) diberikan saat anak mau mendengarkan kata-kata orangtua dan melakukannya. Penghargaan tidak harus bersifat fisik. Justru reward yang bersifat emosional (seperti pujian dan ekspresi cinta dari orangtua) jauh lebih berarti buat anak. Penghargaan yang diberikan orangtua dapat menjadi awal dalam membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.

Akan halnya hukuman, sebaiknya diubah menjadi konsekuensi negatif. Lakukan negosiasi dengan anak tentang konsekuensi yang diterapkan jika anak tidak mau mengikuti suatu aturan/norma. Contoh konsekuensi adalah hari Minggu si prasekolah tidak ikut pergi bertamasya, bermain lebih sebentar, atau tidak boleh bermain dengan mainan kesukaan anak dalam waktu tertentu.

Bila dengan upaya-upaya di atas, anak masih ngeyel atau membangkang, harap selalu diingat, tak ada proses penanaman nilai yang bersifat instan. Tetaplah bersabar dan jangan berputus asa untuk mengoreksi perilaku anak dengan cara-cara positif seperti yang disarankan di atas. Kabar yang menggembirakan, kepatuhan anak akan meningkat sejalan dengan perkembangan moral dan usianya. Menghadapi si pembangkang membutuhkan usaha keras dan telaten. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com