Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Cita-cita Anak Sekolah Zaman Sekarang?

Kompas.com, 16 Mei 2016, 11:01 WIB
Kontributor Lifestyle, Usihana

Penulis

KOMPAS.com – Dokter, Pilot, dan Arsitek, merupakan tiga pilihan cita-cita paling populer untuk Anda kelahiran awal tahun 80-an dan awal 90.

Anda jangan mengelak, meski sekarang pilihan karier meleset jauh dari cita-cita masa sekolah dulu, pasti tiga profesi tersebut di atas pernah terlontar dari mulut Anda sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Sekarang, di tengah perkembangan teknologi, fluktuasi finansial dunia, dan invasi dunia hiburan yang agresif, penasarankah Anda mengenai apa sih cita-cita anak-anak usia sekolah di era WiFi dan YouTube ini?

Sebuah riset yang dihelat oleh Nominet membeberkan cita-cita para responden yang merupakan kelompok siswa sekolah berusia 11 hingga 18 tahun.

Ternyata hasilnya, tidak terlalu mengejutkan tetapi cukup membuat Anda sedikit tercengang.

Pasalnya, anak-anak sekolah di era modern tidak memiliki ambisi menjadi seorang dokter atau pilot.

Tiga pilihan profesi paling populer di antara anak-anak adalah berkaitan dengan dunia informasi teknologi (IT).

Riset menunjukan bahwa sepertiga responden menjawab ingin menjadi game developer. Lalu, sebanyak 13 persen responden mengaku, punya cita-cita sebagai application developer dan website developer.

Lalu, hanya tujuh persen yang bercita-cita menjadi perancang busana dan seorang musisi. Sebanyak 10 persen ingin menjadi atlet. Lima persen lainnya menjawab mau jadi astronot.

Riset juga mengungkapkan cita-cita konservatif memiliki peminat yang rendah. Hanya 4,3 perse berangan-angan jadi polisi, enam persen menjadi pengacara, dan 6,3 persen menjadi dokter atau suster.

Menariknya, anak-anak yang memiliki cita-cita sukses di industri teknologi masih didominasi oleh anak-anak lelaki. Sebab, sejumlah besar responden anak perempuan mengatakan bahwa teknologi itu membosankan (41 persen), terlalu teknis (35 persen), sulit (28 persen), dan terlalu maskulin (16 persen).

Anak-anak berusia muda, 11-12 tahun (77 persen), lebih memiliki minat besar menekuni profesi di ranah teknologi. Sementara itu, anak-anak berusia lebih tua, 17-18 tahun (63 persen) tidak tertarik dengan bidang informasi teknologi.

“Masa depan dunia ekonomi teknologi terancam jika kita merekrut hanya setengah dari responden, dan gagal memotivasi anak perempuan untuk mendalami ilmu informasi teknologi,” jelas Russel Haworth, CEO di Nominet, seperti dikutipi Information Age.

“Kolaborasi sekolah formal dan ekstrakurikuler pelajaran teknologi harus dijalankan untuk menyalakan semangat para anak perempuan menekuni IT,” imbuhnya.

Kemudian, CEO dari Parent Zone, Vicki Shotbolt, mengatakan, orangtua sudah terkontaminasi mengenai efek negatif teknologi pada anak.

“Sebenarnya, banyak cara untuk mengatasi kondisi ini. Sebab, tak bisa dimungkiri bahwa teknologi adalah bekal generasi penerus untuk berkarier di masa depan,” jelas Shotbolt.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau