Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang dengan Riwayat Serangan Jantung Seharusnya Tetap Gemuk?

Kompas.com, 3 Juli 2017, 06:07 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

Sumber nypost.com

Orang gemuk yang pernah terkena serangan jantung seharusnya tidak dianjurkan untuk diet. Menurut penelitian, dalam tiga tahun setelah serangan jantung, orang dengan obesitas ringan justru 30 persen lebih mungkin untuk bertahan hidup dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki berat badan normal.

Ahli kardiologi Dr. Ian Neeland, dari UT Southwestern Medical Center, mengatakan, “Pesan dari temuan ini adalah bahwa jika Anda pernah mengalami serangan jantung dan Anda kelebihan berat badan atau sedikit gemuk, Anda seharusnya tidak mencoba menurunkan berat badan secara agresif pada periode awal setelah serangan jantung.”

Ini bukan berarti pasien dengan berat badan normal harus mencoba menambah berat badan. Namun menurut Dr Neeland, dokter harus lebih fokus pada pasien jantung yang memiliki berat badan normal dan tidak boleh berasumsi bahwa karena berat badannya normal, mereka mungkin akan lebih sehat.

Sedikit gemuk yang dimaksud di atas adalah mereka yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) 30 sampai 34,9 dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal yang memiliki BMI antara 18,5 dan 24,9. Seseorang dikelompokkan sebagai obesitas yang tidak sehat jika BMI mereka 40 atau lebih.

Baca: Aktif Olahraga Belum Tentu Terhindar Dari Serangan Jantung

Setiap hari di Inggris, sekitar 530 orang dilarikan ke rumah sakit karena menderita serangan jantung, dan 190 diantaranya tidak berhasil diselamatkan.

Temuan baru ini mendukung penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa orang-orang sedikit gemuk yang memiliki penyakit kronis cenderung lebih bisa bertahan dibanding mereka yang memiliki tubuh lebih ramping.

Neeland mengatakan ada sejumlah teori mengapa temuan yang dikenal sebagai paradoks obesitas ini terjadi. "Salah satunya adalah bila Anda gemuk, maka Anda memiliki lebih banyak cadangan energi untuk memerangi penyakit," katanya. "Anda bisa menghadapi badai dengan lebih baik."

Meski ada temuan ini, Neeland mengatakan kita harus tetap ingat bahwa orang gemuk memiliki risiko lebih besar terhadap kondisi kesehatan lain yang bisa menyebabkan kematian, termasuk diabetes, tekanan darah tinggi dan kolesterol.

Dr. James de Lemos, yang juga ikut ambil bagian dalam penelitian ini, mengatakan bahwa temuan tersebut mengindikasikan bahwa faktor selain BMI kemungkinan ikut menentukan bagaimana pasien dengan penyakit jantung akan melewatinya.

"Meski obesitas jelas merupakan faktor risiko bagi diabetes dan penyakit jantung, (tapi) sekali seseorang mengalami serangan jantung, kondisi ini tidak bisa diputus begitu saja," katanya.

Studi ini dipublikasikan di European Heart Journal dengan melihat catatan medis dari 19.499 pasien di AS, yang menderita serangan jantung. Hasilnya, pasien yang sedikit gemuk memiliki nasib lebih baik, sedangkan orang dengan berat badan normal atau sangat gemuk memiliki peluang bertahan terburuk.

Baca: 30 Menit untuk Jantung Sehat

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau