Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Despacito" dan Fenomena Lagu Dewasa di Tengah Dendangan Anak-anak

Kompas.com - 20/07/2017, 21:17 WIB
Kontributor Jakarta, Herwinoto

Penulis

KOMPAS.com - Seperti apa sebenarnya lagu yang cocok untuk anak-anak kita? Masihkah ada lagu-lagu anak di Indonesia yang sengaja diciptakan untuk anak-anak?

Jika kini Anda adalah orangtua dari seorang anak seusia PAUD hingga sekolah dasar, cobalah sejenak amati lagu apa yang sering mereka nyanyikan atau dengarkan.

Bersyukurlah jika mereka menyanyikan lagu-lagu anak yang sesuai dengan usia mereka karena diajarkan di sekolah. Yang biasa terjadi adalah mereka menyanyikan lagu-lagu dewasa yang liriknya bukan untuk porsi usia mereka.

Contoh yang mungkin banyak orangtua mengalaminya, lagu Despacito yang saat ini sedang nge-hits di seluruh dunia, termasuk Indonesia.  

Kompas.com melaporkan, Despacito yang dinyanyikan oleh artis musik Latin Luis Fonsi dan Daddy Yankee disebut sebagai lagu yang paling banyak didengarkan secara streaming sepanjang masa.

Tanpa disadari banyak orang, lirik lagu itu sebenarnya sangat vulgar dan tidak cocok untuk anak-anak.

Bahkan, seperti diberitakan Kompas.com, otoritas Malaysia telah melarang penyiaran lagu itu di radio dan televisi negara setelah para kritikus di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu mengeluhkan liriknya yang melanggar kesopanan.

Baca juga:
"Despacito" Paling Banyak di-"Streaming" Sepanjang Sejarah
Malaysia Larang Radio dan Televisi Negara Siarkan Lagu "Despacito"
Lagu Anak Indonesia, Tanggungjawab Kita Bersama

Saat ditanya mengapa mereka suka dengan lagu-lagu itu, biasanya anak-anak menjawab ringan, “Karena lagunya enak”. Kan liriknya dewasa banget? “I don’t care, enggak ngerti juga artinya apa”. Sederhana alasannya, lagunya enak, tanpa peduli artinya apa.

Kenyataan lain di masa kini, sebagai efek dari perkembangan teknologi informasi, paparan lagu dewasa pada anak-anak tidak dapat terhindarkan. Mereka dapat mendengarkan berbagai lagu dewasa dari internet dengan gawai yang berada di sekitar mereka.

Dosen Seni Musik UNJ, Caecilia Hardiarini, sedang mengajak para peserta workshop cipta lagu anak untuk senam pernafasan sebagai persiapan untuk menyanyikan sebuah lagu. Sujari Dosen Seni Musik UNJ, Caecilia Hardiarini, sedang mengajak para peserta workshop cipta lagu anak untuk senam pernafasan sebagai persiapan untuk menyanyikan sebuah lagu.
Ditambah kenyataan bahwa koleksi lagu anak-anak yang pernah diciptakan di Indonesia semakin sedikit diputar di radio mau pun televisi.

Juga mungkin ditambah dengan keengganan atau kesibukan kita untuk sekadar meluangkan waktu bersama-sama dengan anak-anak menyanyikan lagu yang sesuai usia mereka.

Pada dasarnya anak-anak amat menyukai musik. Mereka membutuhkan musik karena mereka pendengar yang intens dan senang bergerak.

Lagu dengan dinamik dan tempo yang tepat akan segera membuat anak-anak jatuh cinta pada lagu tersebut dan menikmatinya sebagai musik mereka. Khusus untuk lagu anak-anak, ini berarti bahwa lagu dan lirik harus saling mendukung.

Bayi mengenali musik dan menciptakan koreografi pertamanya saat di dalam kandungan. Musik dikenali anak-anak bersama dengan gerakan.

Di sisi lain, musik dan gerak mengajarkan anak mengenali pola, ritme serta irama. Melalui gerak dan tari, anak-anak mengembangkan kesadaran akan ruang, mengurangi kecerobohan dan akan lebih perhatian pada kebutuhan ruang orang lain.

Menyanyi adalah latihan yang memperbaiki efisiensi kerja otot jantung, meningkatkan kadar oksigen dalam darah, dan memperbaiki tingkat kewaspadaan.

Selain itu menyanyi dapat memperlancar aliran udara ke saluran pernafasan bagian atas sehingga menghambat pertumbuhan bakteri penyebab gangguan pernafasan.

Lagu, musik dan tari dapat membantu anak menjadi lebih imajinatif, sadar diri, dan mudah bekerja sama. Musik pun dapat membantu anak untuk belajar bahasa.

Hasil riset mengatakan bahwa pengalaman dan keterlibatan aktif dalam bermusik akan merangsang perkembangan otak dengan lebih baik. Dalam waktu dua tahun, seorang anak yang terlibat aktif bermusik, kemampuan verbal dan membacanya meningkat signifikan.

Oleh karena itu diperlukan peran yang dapat kita lakukan secara bersama-sama demi perkembangan anak-anak kita. Orangtua perlu mendorong anak-anak untuk bermusik, menyanyi dan menari serta pada tingkat selanjutnya dapat mencipta.

Selera anak-anak pada hari ini sudah berubah mengikuti perkembangan zaman sehingga menimbulkan tuntutan lebih pada orang tua.

Khususnya pada para pencipta lagu, untuk memberikan materi musik dan lagu yang bergizi sesuai dengan usianya, berdasar pada pemahaman selera anak-anak masa kini.

Oleh karena berbagai alasan tersebut di atas, Kompas Gramedia mengajak serta seluruh orang tua dan guru untuk memperluas gerakan “Lagu untuk Anakku”, menggaungkannya ke seluruh penjuru negeri agar orangtua dan guru bersama-sama peduli.

Penulis lagi Dian HP, dalam sebuah workshop memberikan tips praktis kepada para pencipta lagu. "Menulis lagu untuk anak-anak itu mudah, tidak usah panjang-panjang, tapi gampang dihafalkan anak-anak," papar Dian HP di workshop cipta lagu anak "Dendang Kencana 2017" di Bentara Budaya Jakarta, Juli 2017.

Dosen Seni Musik UNJ, Caecilia Hardiarini, sedang memberikan workshop cipta lagu anak di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (20/7/2017).Sujari Dosen Seni Musik UNJ, Caecilia Hardiarini, sedang memberikan workshop cipta lagu anak di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (20/7/2017).
Rangkaian kegiatan “Dendang Kencana 2017” menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap lagu anak-anak. Di antaranya telah diselenggarakan Workshop Cipta Lagu Anak khusus untuk guru di lima kota: Jakarta, Yogyakarta, Solo, Surabaya, dan Bali.

Lalu menyusul diadakan Lomba Cipta Lagu Anak untuk guru se-Indonesia dengan batas akhir hingga 18 Juli 2017. Pada tanggal 27 Juli 2017, akan dilaksanakan talkshow tentang lagu anak dan penganugerahan untuk 20 lagu terbaik hasil lomba cipta lagu anak.

Rangkaian kegiatan akan diakhiri dengan Workshop Musik, Vokal & Gerak yang lalu dilanjutkan dengan Lomba Paduan Suara Tingkat TK-SD.

Anak-anak harus mendapatkan haknya untuk bermusik, bernyanyi, dan menari sesuai perkembangan usianya, agar di masa depan hati dan otak mereka dapat bekerja sama secara harmonis.

Anak-anak akan dapat memahami empati secara jujur, mendapatkan stimulasi optimal yang positif bagi otak, menjadi sabar dan mampu menguasai diri.

Anak-anak masa depan yang mengerti bagaimana harus berbagi dengan orang lain, sehingga melihat perbedaan sebagai bagian dari hidup yang menyenangkan. Inilah anak-anak kita kelak.

Mari kita berjalan bersama-sama menuju ke sana…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com