Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 4 November 2017, 20:27 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Apa pun bentuknya, selingkuh memang menyakitkan hati dan bisa jadi pemicu kandasnya hubungan. Namun, ternyata selingkuh hati dianggap lebih menyakitkan karena melibatkan perasaan.

Setidaknya selingkuh ada dua macam, yakni fisik yang melibatkan tindakan fisik seperti hubungan seks, dan juga selingkuh hati yang melibatkan emosi.

Selingkuh emosional terjadi ketika kita memiliki perasaan cinta yang sama atau mendekati dengan yang kita alami bersama pasangan. Terkadang, selingkuh hati ini tidak pernah melibatkan kedekatan atau sentuhan fisik.

Menurut terapis dari The Affair Clinic, Yvonne, selingkuh emosional terjadi ketika seorang individu memiliki hubungan yang intens dengan orang lain. Misalnya saja yang awalnya teman ngobrol lalu lama kelamaan merasa nyaman dan saling curhat.

"Ketika dua orang bisa merasakan kerentanan atau emosi satu sama lain, sebuah ikatan yang kuat akan terbentuk. Saat seseorang selingkuh hati, mereka secara emosional sudah saling terhubung," kata Yvonne seperti dikutip dari Miror.co.uk.

Seringkali sebuah hubungan kandas gara-gara salah satunya selingkuh hati. Ini terjadi karena jenis perselingkuhan ini biasanya mengubah individu dan juga apa yang ia rasakan pada pasangannya saat ini.

"Sulit untuk terhubung secara emosi dengan lebih dari satu orang pada satu waktu, sehingga setiap hubungan emosional yang kita miliki akan menjauhkan kita dari yang lain," ujarnya.

Hal ini berbeda dengan selingkuh fisik yang biasanya hanya untuk keuntungan seksual semata. Pada pria biasanya mereka berawal dengan selingkuh fisik lalu ketika affair itu berlanjut, mulai melibatkan perasaan.

Walau demikian, seorang wanita umumnya butuh hubungan emosional sebelum bisa melakukan aktivitas seksual dengan orang lain.

Menurut pakar seks dan hubungan, Dr.Tammy Nelson, selingkuh emosional biasanya dimulai dari pertemanan.

"Yang penting adalah menyadari ketika persahabatan ini sudah melewati batas. Dengan mudah kita jatuh dari sahabat menjadi selingkuh hati, lalu selingkuh fisik," katanya.

Nelson menambahkan, orang yang selingkuh hati mungkin tidak merasa ada ketertarikan seksual dengan temannya tersebut, tetapi ia akan merasakan keintiman dan perasaan yang dalam.

Seseorang yang selingkuh emosional biasanya akan selalu memikirkan orang lain dan mencari orang tersebut sebagai tempat pertama untuk curhat.

Berdasarkan pengalamannya menangani konseling pasangan, Yvonne melihat banyak pasangan yang hancur akibat selingkuh hati dan fisik.

"Para pria biasanya lebih merasa tersakiti jika pasangannya melakukan selingkuh fisik, sebaliknya para wanita menganggap selingkuh hati lebih menyakitkan," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau