Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 14 Januari 2018, 08:03 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

KOMPAS.com - Diet 5:2 tergolong populer dan menjadi salah satu opsi favorit untuk menurunkan berat badan.

Pada dasarnya, jenis diet ini membagi kebiasaan makan menjadi dua, yaitu lima hari makan biasa dan dua hari puasa.

Dalam dua hari tersebut, kaum perempuan direkomendasikan hanya mengkonsumsi 500 kalori, sementara pria 600 kalori.

Tapi, apakah diet ini bisa dikategorikan diet sehat? Atau, bagaimana cara terbaik menerapkan diet ini?

Perawat dan Pelatih Kesehatan Jacqui Smith dari BUPA UK memberikan penjelasannya.

Baca juga: Tanda Diet yang Kamu Lakukan Merusak Kesehatan

1. Puasa bukan tak makan seharian

Ada kesalahan umum dalam mengartikan kata 'puasa'. Puasa pada diet 5:2 kerap diartikan sebagai tidak makan apapun pada dua hari.

Jacqui mengatakan, cara yang aman untuk menerapkan diet ini adalah dengan mengurangi porsi makan. Bukan dengan menghilangkan makan.

2. Pilih waktu puasa dengan baik

Makanan adalah asupan energi agar fungsi tubuh berjalan dengan baik. Oleh karena itu, menghilangkan asupannya dalam 48 jam akan membuat tubuh sangat lemah.

Maka, dalam seminggu pilihlah dua hari secara acak untuk melakukan puasa tersebut.

"Jadi, jangan paksakan untuk melakukan puasa tersebut pada dua hari berturut-turut," kata Jacqui.

3. Jangan anggap lima hari tersebut sebagai 'cheat days'

Pada konsep diet ini, Kamu diperkenankan makan secara bebas pada lima hari. Namun, ingatlah bahwa 'bebas' di sini bukan berarti memakan segalaya, melainkan harus secara bijak.

Agar lebih efektif, kita harus tetap menerapkan pola makan sehat.

Baca juga: Mengapa Diet DASH Selalu Terpilih sebagai Diet Terbaik?

Di samping itu, mengkonsumsi banyak makanan yang kurang sehat akan membuat tubuh kita gemetar dan tak berada dalam kondisi yang baik pada dua hari puasa.

"Kebanyakan makan juga akan mengurangi manfaat dari dua hari puasa tersebut," ujar dia.

4. Tak lebih efektif dari aturan pembatasan makanan

Agar bisa mengurangi berat badan, Kamu harus terlebih dahulu mengalami kekurangan energi. Hal ini sering dikaitkan dengan mengurangi kalori dan didapatkan dengan mengurangi makan, memperbanhak olahraga, atau kombinasi keduanya.

Pada diet 5:2, Kamu mengalokasikan waktu-waktu di mana Kamu bisa makan, dan di mana kamu harus puasa.

Hasil akhirnya, Kamu bisa saja kekurangan energi pada akhir minggu menjalankannya.

Jacqui menyampaikan, belum ada bukti bahwa diet 5:2 atau diet sejenis lainnya lebih efektif ketimbang tips sederhana mengurangi asupan kalori setiap harinya.

Dengan mengikuti aturan pembatasan segala jenis makanan tertentu seperti diterapkan pada beberapa jenis diet lainnya, Kita juga bisa mengatur asupan energi secara bijak.

Hal ini juga bisa berdampak pada kurangnya kalori dan menurunkan berat badan.

Baca juga: Tambahkan Durasi Tidur agar Diet Sukses

"Jadi, pilih lah jenis diet yang menurut Kamu paling mudah untuk diterapkan dan diikuti," kata dia.

5. Jaga asupan makanan seimbang

Jacqui menegaskan, dalam menjalani diet ini, penting untuk menjaga tetap mendapat asupan nutrisi yang seimbang agar tubuh tetap sehat.

"Jangan sampai tubuh kekurangan asupan vitamin-vitamin penting dan mineral," kata Jacqui.

6. Tidak untuk semua kalangan

Diet ini bukan lah diet yang aman untuk semua kalangan. Ada beberapa kelompok yang tidak dianjutkan untuk menerapkan diet ini.

Misalnya, bagi ibu hamil atau mereka dengan catatan kesehatan tertentu seperti diabetes.

Bagi mereka, pola makan pada diet 5:2 justru lebih membawa bahaya ketimbang manfaat. Jadi, lebih baik bagi mereka untuk menerapkan diet normal.

"Juga tidak direkomendasikan bagi Kamu yang pernah mengalami eating disorder (kelainan kebiasaan makan)," ujarnya.

7. Efek samping

Diet 5:2 bisa membawa beberapa efek samping. Mulai dari sulit tidur, bau nafas, sembelit, hingga dampak emosional.

Baca juga: Simak, 6 Diet Layak Coba di Tahun 2018

8. Efek jangka panjang

Diet 5:2 akan membuat Kamu mengurangi asupan makan secara rutin. Jacqui mencatat, beberapa studi menyebutkan, jenis diet jika diterapkan dalam jangka panjang bisa berujung menjadi pemakan segala, jika tak dilakukan secara bijak.

"Sebab, semakin Kita mengurangi dan membatasi makanan, kita akan semakin mengidamkannya."

"Hal ini bisa menyebabkan Kita menjadi pemakan segala di kemudian hari," kata Jacqui.

9. Konsultasi ke dokter

Sebelum menjalankannya, konsultasilah dulu dengan praktisi untuk memastikan bahwa diet 5:2 yang akan kita coba aman untuk dilakukan.


Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Remaja Mudah Stres karena Media Sosial? Psikolog Ungkap Pemicunya
Wellness
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Takut Berotot? Irsani Luruskan Mitos Latihan Beban untuk Perempuan
Wellness
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Efek Berbahaya Gigi Berlubang, Salah Satunya adalah Penyakit Jantung
Wellness
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Waspadai 7 Tanda Bos yang Toxic, Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Wellness
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
4 Cara Aman Hadapi Kekerasan Berbasis Gender Online
Wellness
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Saat Ibu Kehilangan Diri Pasca Melahirkan, Latihan Beban Justru Menyelamatkan Irsani
Wellness
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Ramalan Zodiak Libra di Bulan Desember, Peluang Baru Menanti
Wellness
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Cara Cinta Laura Atasi Insecure dan Membangun Percaya Diri
Beauty & Grooming
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Dampak Jangka Panjang Screen Time, dari Gangguan Fisik hingga Perilaku
Parenting
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Sering Scroll Medsos, Remaja Jadi Mudah Mencari Validasi Menurut Psikolog
Wellness
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Dari Body Shaming Rita Sukses Capai Berat Badan Ideal Tanpa Olahraga
Wellness
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Mengapa Efek Screen Time pada Kemampuan Bahasa Anak Bisa Berbeda-beda
Parenting
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Cinta Laura Tak Tergiur Cara Instan Dapatkan Kulit Glowing
Beauty & Grooming
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Luna Maya Ungkap Efek Rutin Minum Vitamin Kulit untuk Perlambat Penuaan
Beauty & Grooming
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Cerita Sari, Ibu Mertua yang Menguatkan Langkah Menantunya Jadi Ibu Bekerja
Parenting
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau