Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2018, 13:00 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

KOMPAS.com - Hannah (bukan nama asli) merasa curiga dengan pasangannya karena sering membatalkan jam makan bersama dengan alasan kerja lembur.

Berbulan-bulan curiga, perempuan 30 tahun yang bekerja sebagai sales executive itu kemudian menyewa investigator pribadi.

Dari situlah terungkap, pasangannya kerap menghabiskan malam dengan perempuan lain, bahkan sejumlah artis yang dikencaninya di hotel.

Kasus ini sebenarnya bukan kasus baru. Namun yang terjadi, perkara semacam ini kian hari kian bertambah. Kondisi ini terjadi di negara tetangga kita, Singapura.

Jasa investigator bernama Private Eye di Singapura,mengungkap, mereka menerima banyak pesanan dari klien untuk mengecek latar belakang dari pasangan si klien. 

Managing Director biro investigasi itu, James Loh, mengaku sudah menjadi mata-mata pribadi sejak 16 tahun.

Baca juga: Sudah Tak Cinta Bukan Alasan Utama Selingkuh

Saat ini, rata-rata dia bisa menangani sekitar 300 masalah perkawinan dan keluarga, dalam setahun.

Jumlah tersebut melambung 10-15 persen dibandingan lima tahun lalu. Sebanyak 40-an kasus di antaranya adalah permintaan untuk menyelidiki pasangan kekasih.

"Lebih banyak anak muda yang memutuskan berhati-hati lebih dini sebelum masuk ke pernikahan. Mereka tidak mau berakhir dengan penyesalan," kata Loh.

Tercatat, ada 30-60 persen dari jumlah klien meminta penyelidikan atas latar belakang percintaan dari kekasih mereka setahun lalu.

Jumlah itu pun menggambarkan lonjakan antara 10-50 persen dari kondisi lima tahun lalu. 

Lalu, tercatat pula, ada peningkatan 10-30 persen dari jumlah klien, mulai dari ibu rumah tangga hingga pengacara.

Loh menyebutkan, saat ini ada kesamaan jumlah mereka yang berselingkuh, baik laki-laki maupun perempuan. Padahal, pada lima tahun lalu angkanya masih lebih besar laki-laki.

Maka tak heran jika jasa agen investigasi pribadi di Singapura kian berkembang. Jumlahnya melebihi agensi pencari orang hilang, dan pengawas pergerakan pekerja.

Biayanya bisa mencapai sekitar Rp 10-135 juta. Tarif itu bergantung pada durasi yang disepakati dan apakah menyertakan perjalanan luar negeri atau tidak.

Para investigator menemukan bahwa 90 persen kasus yang mereka berawal dari kecurigaan terhadap pasangan.

Menurut delapan mata-mata pribadi yang diwawancarai, setelah mengetahui bahwa pasangannya berselingkuh, banyak klien yang kemudian menangis. Namun setelahnya berubah menjadi tenang.

"Ini juga menjadi siksaan batin bagi mereka (klien). Mereka ingin membuktikan apakah benar pasangan mereka berselingkuh," ujar Loh.

Baca juga: Hai Lelaki, Pahamilah Apa Penyebab Wanita Selingkuh

Loh mengaku, perusahaan mereka memiliki delapan investigator, dari mantan polisi dan militer serta fresh graduate universitas dan politeknik. Bahkan, ada lamaran dari pemilik gelar pasca sarjana.

Meski begitu, pekerjaan ini sungguh tidak mudah. Sebab tak jarang mereka mendapatkan ancaman fisik. Terlebih jika mereka memata-matai terlalu dekat.

Selain itu, pekerjaan ini juga memerlukan kesabaran, karena seringkali harus menunggu dalam waktu yang lama.

"Kadang, mereka yang baru bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam dan memutuskan berhenti kerja setelah beberapa hari karena tidak tahan," kata investigator yang enggan disebut namanya.

Sebelum mengikuti sasaran, para penyelidik ini terlebih dulu mengikuti teman yang sering dikunjungi si target, termasuk kondisi lalu lintas. 

Berpergian ke luar negeri untuk mengikuti orang yang disasar pun tak jarang mereka lakukan.

"Di sana kita harus bersedia menginvestigasi di tempat-tempat yang tidak familiar dengan hati-hati dan kadang terkendala bahasa," ujarnya.

Pekerjaan mereka baru dirasa komplet jika sudah mengumpulkan foto-foto bukti perselingkuhan yang bagus dan video.

Misalnya, saat si target berpelukan, berciuman atau pun menginap di hotel dengan pasangan selingkuhnya. 

Risiko lainnya adalah terluka dan cidera dalam investigasi. Ada pula yang mengalami hal lebih serius.

Pendiri Private Eye Singapura, David Kang mengalami patah tulang panggul tahun lalu karena motornya tergelincir saat mengejar target.

"Memang ada banyak risikonya. Pekerjaan ini ada kenyataannya berbeda dengan yang ada di film-film," kata dia.

Ia mengingat kasus pertama yang dijalaninya, dan mengakui kesulitan dari pekerjaan itu. Video pertama yang direkamnya masih goyang.

Kang awalnya merasa khawatir jika target menyadari bahwa ada yang mengikuti. Saat itulah dia merasa gugup, apalagi saat mereka melihat ke arahnya.

Namun, para investigator pribadi tersebut meyakini bahwa pekerjaan mereka bisa membantu para klien untuk menata hidupnya menjadi lebih baik.

"Kami berharap para klien bisa memutuskan apa yang akan dilakukan berikutnya."

"Jika satu pasangan duduk bersama dan berbicara, mungkin ada kesempatan hubungan mereka bisa diselamatkan," kata Kang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com