SOLO, KOMPAS.com - Di tengah modernitas di bidang hiburan, wayang orang Sriwedari masih mampu mempertahankan eksistensinya.
Kompleks Sriwedari, sebuah kompleks bersejarah di tengah kota Solo, menjadi saksi perjuangan para pegiat budaya untuk mempertahankan warisan tradisi yang dulu pernah begitu digemari masyarakat.
Seiring dengan perubahan jaman, eksistensi wayang orang Sriwedari pun menghadapi banyak tantangan dan halangan. Pasang surut mewarnai perjalanan para pegiat budaya untuk mempertahankan warisan adiluhung ini.
Usaha ini nampaknya tidak sia-sia. Agus Prasetyo, kordinator pertunjukan wayang orang Sriwedari, menyebut minat warga untuk menyaksikan pagelaran wayang orang semakin meningkat.
Baca :Pentas Wayang Orang Sriwedari, Pernah Hanya "Ditonton Kursi"
Lantas, bagaimanakah awal mula perjalanan wayang orang Sriwedari hingga mampu bertahan di tengah gempuran modernitas saat ini?
Berdasarkan penuturan Agus Prasetyo, awal mula pementasan wayang orang ini berawal dari dalam istana Mangkunegaran. Namun, karena krisis ekonomi saat pemerintahan raja Mangkunegara ke VI, semua pemain wayang terpaksa dipensiunkan.
Sejak saat itulah, para pemain wayang membentuk kelompok dan melakukan pementasan dari kampung ke kampung.
Hingga, seorang pengusaha keturunan Tionghoa yang bernama Gan Kam, melihat fenomena ini sebagai peluang bisnis.
Gan Kam pun merekrut mantan pemain wayang orang dari Kraton Mangkunegaran menjadi sebuah grup dan membentuk pementasan dengan panggung ala opera barat, serta menarik bayaran dari para penontonya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.