Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 24 Mei 2018, 17:28 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kolak selalu identik dengan hidangan berbuka puasa. Sejak zaman dahulu, kolak menjadi hidangan yang selalu dicari-cari ketika waktu magrib tiba.

Wajar memang jika hidangan ini begitu digemari, terutama ketika berbuka puasa.

Perpaduan rasa manis dan gurih membuat makanan ini terasa segar ketika dinikmati usai sehari penuh menahan lapar dan dahaga.

Meskipun makanan ini bisa kita temui di luar bulan ramadhan, tapi hidangan ini selaku identik sebagai hidangan khas ketika berbuka puasa.

Lalu, mengapa makanan ini sangat identik dengan bulan ramadhan? 

Menurut sejarawan dan penulis buku Jejak rasa Nusantara: sejarah makanan Indonesia, Fadly Rahman, makanan khas ramadhan ini bisa jadi mendapat pengaruh dari budaya Arab.

"Entah ini hanya sekedar kebetulan atau tidak, kata kolak ini berasal dari kata 'Khalik'," paparnya saat dihubungi per telepon, Kamis (24/5/2018).

"Khalik" merupakan kata dari bahasa Arab yang berarti Tuhan, pencipta alam semesta.

Banyak pakar sejarawan yang menyebut makanan bersantan ini pernah dipakai sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam.

Baca juga: 5 Kreasi Minuman Buah Segar untuk Berbuka Puasa

"Memang belum ada sumber pasti yang menyebut kolak dipakai sarana untuk menyebarkan agama islam."

"Tapi, jika dilihat dari bahan-bahan kolak yang memanfaatkan potensi lokal, kemungkinan besar itu terjadi," papar Fadly.

Gula aren yang dipakai dalam kolak, misalnya, tersebar dari ujung timur hingga barat nusantara. Apalagi, menurut Fadli, Indonesia menjadi pengekspor gula aren terbesar di dunia.

Selain itu, Indonesia merupakan negara tropis yang banyak menumbuhkan bahan makanan seperti pisang dan ubi, bahan makanan yang kerap dipakai sebagai kolak.

"Itu artinya sejak beraba-abad lalu, bahan makanan ini sangat eksis di nusantara," ucap Fadly.

"Ini menunjukan bagaimana perpaduan lokal dan Islam bisa cocok sebagai bagian dari tradisi Islam nusantara, " tambahnya.

Bagaimanapun juga, kata Fadly, kolak sudah lekat sebagai selera kolektif makanan Indonesia.  Oleh karena itu, kolak menjadi makanan yang identik dengan bulan puasa.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau