Tidak cukup itu. Kereta dorong belanjaan sarat diisi berbagai minuman kemasan penuh gula yang juga sedang dijual dengan harga obral.
Kalau sudah begini, saya hanya bisa mengurut dada – betapa jauhnya jenjang pemahaman pangan sebagian besar perempuan yang justru mengidolakan bebas penuaan dini tapi sehari-hari merusak kulit dan organnya akibat ikatan gula berlebih dengan protein tubuh yang namanya saja “AGE” (Advanced Glycation End-product).
Begitu juga mereka yang tak mampu melepaskan diri dari jeratan kebiasaan menggoreng sehingga lemak sehat yang secara alami terdapat pada makanan akhirnya berubah menjadi ALEs (Advanced Lipid-oxidation End-products) dengan risiko menyebabkan penyakit degeneratif hingga pertumbuhan sel kanker.
Rasanya amat menyedihkan jika perjuangan hidup perempuan kota yang banting tulang melebihi kaum Adam ujung-ujungnya terdampar dengan harga yang harus dibayar tak sepadan.
Pengabdian terhadap dunia kerja atau keluarga akibatnya berbuah pengorbanan. Sudah waktunya literasi perempuan diangkat ke tingkat yang lebih tinggi, agar literasi keluarga ikut terdongkrak.
Hari Pangan sedunia sebentar lagi tiba di pertengahan bulan. Semoga perempuan Indonesia bisa lebih cerdas memberi pembedaan mana makanan sehat seimbang yang sebenarnya dan mana produk ultra proses yang ‘dibuat jadi seimbang’.
Kerja boleh keras, tapi pengabdian tidak layak jadi pengorbanan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.