KOMPAS.com – Rizky Afnan Penggalih termenung. Saat itu, di tahun 2010, dia mendapatkan tugas kuliah Perancangan dan Pengembangan Produk.
Mahasiswa semester II Teknik Industri di Universitas Widyatama tersebut diberi tugas untuk merancang ulang produk yang sudah ada, agar memiliki nilai dan fungsi lebih.
Kala itu, Rizky dan tiga orang temannya memutuskan untuk menjadikan sepatu Cibaduyut sebagai tugasnya.
Kebetulan, salah satu anggota kelompoknya adalah "orang" Cibaduyut. Dari sanalah, Rizky berkenalan dengan seluk beluk sentra sepatu Cibaduyut.
Ia belajar banyak tentang perajin hingga karakteristik sepatu. Hingga akhirnya dia menggeluti bidang tersebut.
Sebagai mahasiswa teknik industri, ia memberi merek sepatunya Onderhoud Handmade. Merek itu diambilnya dari bahasa Afrika yang berarti maintenance.
Pria kelahiran Bandung 20 Februari 1991 ini pun sangat menikmati perannya di Cibaduyut. Apalagi ia menyukai sepatu, khususnya merek asal Inggris, Dr Martens.
Namun karena kakinya kecil, berukuran 38, ia kerap kesulitan mencari sepatu tersebut. Hingga akhirnya ia berlabuh di Cibaduyut dan berusaha membuatnya sendiri.
View this post on Instagram
“Saya bisnis sepatu awalnya karena kecelakaan. Karena tugas kuliah itu,” ujar Rizky kepada Kompas.com di kediamannya, di Gang Pak Elas, Sukagalih, Bandung, belum lama ini.
Seusai menjalankan tugas, si perajin meminta tolong kepada Rizky untuk membantu menjualkan sepatu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.