Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 26 Juni 2019, 08:08 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Diet yoyo, siklus berat badan yang gampang naik dan turun, memiliki sejumlah daftar efek negatif.

Diet yoyo timbul sebagai akibat dari pola makan yang salah. Misalnya diet ekstrim hingga berat badan turun banyak, tapi tak bertahan lama dan bobot tubuh kembali naik, bahkan melebihi berat badan semula.

Setelah penelitian sebelumnya menunjukkan diet yoyo berpengaruh pada kesehatan jantung, kini riset terbaru mengaitkannya dengan massa otot.

Baca juga: Waspadai, Efek Negatif Diet Yoyo

Dalam studi baru yang diterbitkan Jurnal Obesity, para peneliti mengamati 60 pria dan 147 wanita, yang semuanya tergolong obesitas dengan indeks massa tubuh rata-rata (BMI) 38, serta usia rata-rata 52 tahun.

Masing-masing dikategorikan menjadi tiga kelompok: non-weight cyclersmild weight cyclers dan severe weight cyclers.

Weight cycle didefinisikan sebagai voluntary loss (penurunan berat badan sukarela)—yang berarti dilakukan dengan sengaja— dengan penurunan lebih dari 3 kg, lalu diikuti oleh kenaikan berat badan yang tidak disengaja untuk mendapatkan kembali jumlah yang sama, dalam tahun yang sama.

Dalam riset tersebut, kekuatan otot peserta dievaluasi dengan latihan pegangan dan pemindaian DEXA—yang dapat mengukur kepadatan mineral tulang dan persentase otot tanpa lemak dan massa lemak.

Hasilnya, orang yang diet yoyo enam kali lebih mungkin memiliki tingkat massa otot rendah dibandingkan yang beratnya cenderung stabil.

Bagimana hal tersebut bisa terjadi?

Ketika berat badan naik kembali, biasanya akan lebih banyak lemak yang masuk dari kondisi semula. Bahkan, massa otot yang hilang pun tidak bisa kembali semula.

Baca juga: Setop Diet Yoyo, Pria Ini Turunkan Berat Badan hingga 85 Kg

Ada pun massa lemak, menurut ketua peneliti Andrea Rossi, dapat mencegah asam amino bekerja secara efisien di dalam otot, plus mengurangi sintesis protein, sehingga otot tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk membangun kekuatan. Hasilnya adalah sarkopenia, yaitu kehilangan massa otot dan fungsinya.

"Efek yoyo terkait dengan peningkatan massa lemak, itulah sebabnya diet yoyo memiliki efek yang tidak menguntungkan pada kesehatan jantung," kata Rossi.

Menghindari efek diet yoyo

Co-writer studi, Mauro Zamboni mengungkapkan, perlu penelitian lebih lanjut perihal program lanjutan berupa latihan kekuatan untuk mengatasi masalah kehilangan massa otot karena diet yoyo.

Menurutnya, beberapa jenis program latihan tidak sekadar bermanfaat untuk membangun otot, juga memperlambat yoyo.

"Masuk akal jika menyimpulkan setelah diet yoyo, mengadopsi gaya hidup sehat yang menggabungkan diet dengan olahraga dan berat badan yang stabil dapat memiliki manfaat jangka panjang," kata Zamboni.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau