“Semuanya mengikuti zaman, mengikuti aturan. Hanya tak bisa lepas dari ekspresi pribadi. Selain selera juga latar belakang budaya yang berbeda,” kata Suciati ketika ditemui seusai diskusi Indonesia Berkebaya di Museum Nasional beberapa waktu lalu.
Gaya ibu negara dalam berkebaya kerap menjadi trend setter bagi perempuan lainnya. Terutama sosok Raden Ayu Siti Hartinah atau Ibu Tien Soeharto yang menjadi ibu negara selama 32 tahun.
Menurut Suciati, saat itu gaya berkebaya klasik dengan kebaya kutu baru ala Bu Tien menjadi pedoman di Dharma Wanita dan organisasi kewanitaan lain.
Citra diri juga tercermin dari cara berkebaya ibu negara. Hasri Ainun Besari (istri Presiden BJ Habibie), misalnya, memancarkan citra intelektual tinggi yang sangat kuat dari cara berkebayanya.
Ini terlihat dari kesederhanaan yang tercermin, mulai dari model, tekstur, padu padan, hingga warna kebaya. Meski sederhana, tampilan berkebaya ala Ainun tampak sangat pas.
“Sederhana tapi matching, enak dilihat. Jadi elegan,” tutur Suciati.
Baca juga: Mengenal Kebaya Encim, Busana yang Identik dengan Perempuan Betawi
Berbeda dengan gaya berkebaya Sinta Nuriyah (istri Presiden Aburrahman Wahid) yang menunjukkan gaya agamis dengan mengenakan kain penutup kepala (kerudung) yang sesuai dengan zaman.
“Kecenderungan menggunakan kerudung seperti kita kan harus diikat, kalau tidak (dikatakan) aurat, karena paham sekarang seperti itu.”
“Tapi dulu tidak, yang penting rapi. Kalau Ibu Nuriyah kan bulat saja, rambut kelihatan. It’s ok. Dia menunjukkan identitas muslim,” kata Suciati.