Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 5 September 2019, 20:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puncak kepuasan seksual perempuan atau orgasme memang tak selalu mudah dicapai. Namun, tak sedikit perempuan yang melakukan fake orgasm atau memalsukan orgasmenya ketika bercinta dengan pasangan.

Di Indonesia memang belum ada survei untuk mengetahui prosentase gangguan seksual pada perempuan tersebut.

"Survei langsung belum ada tapi dapat dikatakan cukup banyak perempuan melakukan fake orgasm," kata seksolog dr. Haekal Anshari, M. Biomed (AAM) pada acara diskusi bersama Andalan Feminine Care di Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2019).

Haekal menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang perempuan melakukan fake orgasm. Salah satunya adalah karena ingin memuaskan pasangan.

Sebab, kemampuan seorang laki-laki memuaskan pasangan juga berdampak pada rasa bangganya. Sehingga, ketika pasangannya tidak mencapai orgasme banyak pria yang beranggapan mereka tidak mampu memuaskan pasangan.

Meskipun sebenarnya sulit memalsukan orgasme karena ketika mencapai klimaks, otot-otot vagina mengalami kontraksi akan terasa mencengkram. 

"Kalau si perempuan tidak melakukan fake orgasm mereka khawatir si laki-laki akan merasa ada yang salah dengan dirinya. Ini bisa mengganggu pride mereka (laki-laki)," tuturnya.

Baca juga: Ini Sebabnya Perempuan Lebih Mudah Alami Orgasme Klitoris Ketimbang G-Spot

Selain faktor ingin menyenangkan pasangan, beberapa perempuan juga memalsukan orgasmenya karena beberapa faktor. Misalnya, teknik penetrasi yang salah atau ereksi penis tidak optimal sehingga pihak laki-laki terlebih dahulu mencapai orgasmenya.

Beberapa perempuan akhirnya berpura-pura sudah mencapai klimaks sebab khawatir dianggap aneh karena belum mencapai orgasme.

Beberapa faktor lainnya seperti gangguan hormonal pada perempuan, takut hamil, atau kurangnya tahap foreplay sehingga menyebabkan nyeri pada perempuan. Kekhawatiran anak terbangun juga menjadi faktor lainnya.

Jika kamu mengalaminya dan belum mampu mengidentifikasi penyebabnya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional.

"Jadi, penting untuk tidak melakukan fake orgasm. Atasi semua faktor-faktor penyebabnya dan kalau memang tidak bisa merasakan orgasme, penyebabnya bisa dari pihak laki-laki maupun perempuan," kata Haekal.

Baca juga: Jangan Percaya dengan Orgasme Wanita di Film Porno

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau