Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencukur Rambut Kemaluan, Latah karena Tren atau Memang Perlu?

Kompas.com, 15 Oktober 2019, 22:22 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Ingatkah saat beranjak dewasa dan memasuki fase pubertas, ada bulu-bulu halus yang tumbuh di beberapa bagian tubuh, seperti ketiak dan kemaluan? Jika pertumbuhannya membuat tidak nyaman, mencukur rambut kemaluan sah-sah saja dilakukan.

Namun perlu diingat bahwa mencukur rambut kemaluan tidak asal mencukur saja. Ada cara dan hal-hal yang perlu diingat agar tidak menimbulkan masalah seperti iritasi atau mengganggu kelembaban alami area kemaluan.

Pertanyaan yang kerap menggelitik namun jarang menjadi topik pembicaraan adalah apakah mencukur rambut kemaluan perlu dilakukan atau tidak? Nyatanya, rambut kemaluan sebenarnya memiliki banyak manfaat.

Salah satu manfaat yang paling utama adalah mengurangi gesekan saat berhubungan seksual. Tak hanya itu, rambut kemaluan juga mencegah penularan bakteri pemicu infeksi menular seksual.

Beberapa manfaat rambut kemaluan lainnya adalah:

  • Gesekan antar rambut kemaluan bisa berfungsi sebagai dry lubricant karena lebih mudah ketimbang gesekan antar kulit
  • Menjaga kehangatan area kemaluan
  • Mencegah kotoran atau mikroorganisme masuk ke area kemaluan
  • Folikel rambut kemaluan memproduksi sebum, minyak pencegah penyebaran bakteri

Tak hanya manfaat dari sisi kesehatan saja, tumbuhnya rambut kemaluan juga menjadi sinyal kematangan seseorang secara seksual.

Ada teori yang menyebut bahwa rambut kemaluan mengeluarkan aroma pheromones, sekresi kimiawi yang berpengaruh pada mood dan perilaku. Pheromones dihasilkan kelenjar apocrine keringat yang banyak terletak di area kemaluan.

Itulah mengapa mencukur rambut kemaluan adalah sepenuhnya keputusan setiap orang. Mereka yang berhak menentukan apakah ingin mencukur rambut kemaluan atau tidak.

Baca juga: Cara Menghilangkan Bulu Kemaluan Wanita secara Permanen

Mencukur rambut kemaluan bagi pria dan wanita

Konsep yang lebih umum berkembang adalah mencukur rambut kemaluan identik dengan wanita. Rasanya lebih jarang ada pria yang datang ke salon untuk mencukur rambut kemaluan.

Sebenarnya baik pria dan wanita sama-sama punya pilihan untuk mencukur rambut kemaluan mereka. Hanya saja, pria lebih sering mencukur rambut kemaluan sendiri di rumah. Sementara wanita kerap mempercayakan pada terapis khusus di salon.

Menariknya, tren mencukur rambut kemaluan bagi wanita ini sempat naik daun pada tahun 2000. Kala itu, salah satu episode serial Sex and the City berjudul “Brazilian” memotret dengan jeli tren mencukur rambut kemaluan dengan cara brazilian waxing.

Bijak mencukur rambut kemaluan

Ketika sudah matang memutuskan untuk mencukur rambut kemaluan secara berkala, tentu ada pertimbangan tersendiri yang mendasarinya. Misalnya, rambut kemaluan dirasa kurang nyaman dan mengganggu. Atau berdasar atas kesepakatan dengan pasangan.

Satu hal yang pasti, anggapan bahwa rambut kemaluan tidak higienis salah total. Meskipun kerap menjadi tempat berkumpulnya keringat, bakteri, hingga minyak, namun rambut kemaluan tetap higienis selama selalu dibersihkan dengan air saat mandi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau