Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/11/2019, 06:31 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Diabetes melitus memang lebih banyak diderita orang dewasa, tetapi kejadian penyakit akibat gaya hidup ini pada anak dan remaja mengalami peningkatan sampai 700 persen dalam 10 tahun terakhir.

Menurut data Ikatan Dokter Indonesia, kasus diabetes pada anak berusia 0-18 tahun erat kaitannya dengan meningkatnya penderita obesitas pada anak.

Ahli nutrisi Emilia Achmadi MS, RD mengatakan, kecendrungan diabetes pada anak–anak terjadi karena makanan dan jajanan yang tersedia sekarang lebih tinggi kalori dan kandungan gula, tetapi rendah serat.

“Ini yang memicu anak sering lapar sehingga menjadi banyak makan karena kekurangan serat. Faktor inilah yang menjadi pemicu awal diabetes karena anak kelebihan berat badan,” papar Emilia dalam acara Hari Diabetes yang diadakan oleh Beko di Jakarta, Jumat (15/11).

Walau risikonya lebih besar pada anak yang kegemukan, tetapi menurut Emilia, anak yang berat badannya ideal juga bisa menderita diabetes.

“Hal itu bisa saja terjadi karena anak memiliki gula darah yang tidak terkontrol. Jadi, tidak 100 persen penyakit ini dilihat dari berat badan saja,” imbuhnya.

Baca juga: Cegah Diabetes Melitus, Penyakit akibat Gaya Hidup

Ahli nutrisi Emilia Achmadi.Renna Yavin Ahli nutrisi Emilia Achmadi.

Diabetes bukanlah penyakit sepele karena kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam jangka panjang bisa memicu penyakit berbahaya lain, seperti stroke, ginjal, hingga kebutaan.

Pola hidup sehat merupakan keharusan agar anak terhindar dari obesitas dan diabetes. Hal paling mendasar adalah menjaga pola makan. Orang tua mempunyai peran penting dalam pengaturan dan pemilihan makanan anaknya.

“Dalam menyiapkan menu makan anak, biasakan untuk membagi piring makan menjadi tiga bagian; 50 persen diisi dengan sayuran dan buah, 25 persen diisi dengan karbohidrat baik, dan 25 persen sisanya diisi dengan protein seperti daging dan telur,” kata Emilia.

Baca juga: Waspada Bahaya Diabetes di Balik Jajanan Kekinian

Emilia juga menjelaskan, makanan yang sehat adalah makanan yang diolah sendiri.

“Makanan sehat itu makanan yang kita olah sendiri karena dari situlah kita yang menentukan beli bahan makanannya di mana, bahan mentah yang dibeli seperti apa, dan bagaimana cara pengolahannya,” jelasnya.

Menurut Emilia, dengan bantuan alat-alat dapur yang modern dan praktis, saat ini menu makanan sehat bisa dibuat secara lebih mudah di rumah.

Selain itu, orang tua secara konsisten harus terus mengedukasi dan mengingatkan anak tentang bahayanya mengonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan, sesuai tingkat pemahaman anak.

Hal yang tak kalah penting adalah mengajak anak memperbanyak aktivitas fisik, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah.
Aktivitas fisik juga harus diimbangi dengan istirahat yang cukup. (Renna Yavin)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com