KOMPAS.com – Menjalani masa perkuliahan pascasarjana jurusan manajemen di Deventer, Belanda, ternyata membawa inspirasi besar yang kini menguntungkan bagi sosok Beny Sofara.
Kepada Kompas.com, dalam sebuah perbincangan beberapa waktu lalu, Beny Sofara bercerita, awalnya dia sedang mencari sepatu kulit.
Di alun-alun kota, dia menaksir sepasang sepatu kulit. Ia dekati, dan lalu terkejut, karena ternyata sepatu tersebut buatan Indonesia, yang dibanderol dengan harga selangit.
Baca juga: Blankenheim, Sepatu Kulit Indonesia Terinspirasi Belanda
“Ada tulisan made in Indonesia di sepatunya,” ujar Beny Sofara pemilik merek sepatu Blankenheim, mengenang masa lalunya.
Sebagai mahasiswa di negeri orang yang harus banyak berhemat, Beny urung membeli sepatu.
Harga sepatu itu terlalu mahal buatnya. Kejadian itulah yang lalu membuatnya merasa “dendam”.
Hingga terbersit niat besar untuk membuat sepatu kulit berkualitas dengan harga yang juga selangit, dan dipajang di negara lain.
Sekembalinya ke Indonesia, tahun 2010-2011, ia mulai melakukan riset dan mencari tukang.
Setelah merasa cukup, ia mulai memasarkan produknya melalui jaringan online.
Baca juga: Sepatu Langka Michael Jordan Akan Dilelang
“Produknya saya namakan Blankenheim. Diambil dari nama tempat tinggal saya di Belanda,” ungkap Beny.
Beberapa tahun kemudian, ia diterima menjadi PNS di salah satu kementerian. Kondisi ini membuat usahanya vakum dua tahun karena kesibukan bekerja.
Tahun 2014, ia akhirnya mengajak saudaranya, Ammar Maulana, untuk menghidupkan kembali produknya. Di tahun yang sama, usaha sepatunya kembali aktif.
Dimulai dengan sepatu kulit Abraham, yang begitu diburu para pecinta sepatu kulit. Kemudian Blankenheim berinovasi dengan membuat sneaker berbahan kulit pula.
Sesuai dugaan, sepatu tersebut menjadi idola pasar. Melihat itu, brand lain ikut meniru, dengan tanpa mengubah satu pun detail desain.