Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusing Setelah Berhubungan Seks? Mungkin Ini Penyebabnya...

Kompas.com, 24 September 2020, 23:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa orang mengalami pusing setelah berhubungan intim. Namun, pusing setelah sesi hubungan intim tak selalu mengindikasikan masalah kesehatan serius.

Oleh karena itu, jika kamu mengalaminya, cobalah mengidentifikasi terlebih dahulu penyebabnya, tanpa perlu buru-buru khawatir.

Berikut, beberapa kemungkinan penyebab rasa pusing yang muncul setelah berhubungan intim, seperti dilansir Medical News Today.

Baca juga: 5 Alasan Umum Mengapa Wanita Tidak Menikmati Hubungan Intim

1. Dehidrasi

Haus dan lapar adalah penyebab umum pusing yang parah atau sering setelah berhubungan seks.

Menurut American Heart Association (AHA), dehidrasi terkadang dapat menyebabkan tekanan darah seseorang turun.

Meski ringan, dehidrasi juga bisa menyebabkan gejala lain, seperti pusing, lemah, dan kelelahan.

Seseorang yang mengalami dehidrasi setelah berhubungan intim mungkin tidak cukup minum sebelum atau selama berhubungan intim.

2. Lapar

Kelaparan menyebabkan penurunan kadar glukosa darah, yang dapat menyebabkan gejala berikut seperti pusing, kegoyahan, hingga pingsan.

Pusing setelah berhubungan intim bisa terjadi jika aktivitas tersebut mengalihkan perhatian seseorang dari rasa laparnya.

Namun, sering merasa lapar atau pusing terkadang bisa menjadi tanda diabetes.

Orang yang mengalami gejala seperti itu perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis akurat.

Baca juga: Hubungan Intim Pasca Persalinan, Kapan Boleh Dilakukan?

3. Perubahan pola napas

Gairah seksual dapat menyebabkan orang bernapas lebih dalam dan lebih cepat dari biasanya.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah karbondioksida dalam darah. Istilah medis untuk proses ini adalah hiperventilasi.

Beberapa gejala hiperventilasi yang potensial meliputi pusing, detak jantung cepat, sesak napas, mati rasa, kesemutan di tangan atau kaki, gelisah, hingga pingsan.

Cobalah mengatur napas lebih dalam dan perlahan untuk meredakan gejala hiperventilasi.

Namun, orang yang mengalami kecemasan atau serangan panik mungkin tidak dapat bernapas dalam-dalam.

Jika merasa tidak bisa mengelola kondisi yang terjadi, cobalah berkonsultasi dengan dokter.

4. Perubahan postur atau posisi  

Sindrom takikardia ortostatik postural (POTS) menyebabkan detak jantung seseorang meningkat secara tiba-tiba saat mengubah posisi atau berdiri terlalu cepat.

Denyut jantung yang meningkat dapat membuat orang tersebut merasa pusing dan pada beberapa kasus bisa menyebabkannya pingsan.

Gejala lain yang mungkin terjadi karena POTS antara lain pusing, palpitasi jantung, tremor, nyeri dada, dan mual.

Baca juga: Menyimpan Hubungan Intim Pertama untuk Malam Pertama...

Beberapa orang mengaku merasakan gejala ketika mengubah posisi saat berhubungan intim.

POTS umumnya tidak berbahaya. Namun, cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan tidak ada masalah serius dengan jantung.

5. Ayunan hormonal

Seks menghasilkan kombinasi hormon dan neurotransmiter yang kuat.

Bagi sebagian orang, bahan kimia ini menyebabkan perasaan euforia intens sementara yang dapat menyebabkan pusing.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau