Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Pergoki Anak Akses Konten Porno, Jangan Lakukan 5 Hal Ini

Kompas.com, 18 Januari 2021, 21:48 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Topik mengenai seksualitas hingga saat ini masih jadi hal yang tabu di masyarakat kita.

Banyak anak tidak mendapatkan pendidikan seks yang tepat sejak kecil hingga dewasa.

Sebagian anak pun diam-diam mengakses konten dewasa melalui gawainya, baik sengaja maupun tidak.

Anak bisa saja tidak sengaja mengaksesnya ketika membuka sesuatu di internet atau konten itu bisa saja muncul di lini masa sosial medianya.

Kebanyakan orangtua akan kaget ketika memergoki anaknya mengakses konten dewasa. Apalagi jika usia anak masih sangat muda.

Sebab, di usia yang sangat muda anak bahkan belum memahami mekanisme dasar seks.

Meski tidak ada usia rata-rata di mana anak mengakses pornografi, itu bisa saja terjadi ketika anak Anda berusia di bawah 10 tahun atau mungkin lebih muda lagi karena teknologi saat ini sudah sangat mudah diakses.

Meski begitu, anak terpapar konten pornografi mungkin adalah hal yang tak terhindarkan.

"Anak Anda suatu saat akan menonton pornografi. Itu tak terhindarkan," kata direktur eksekutif Answer -organisasi pendidikan seks nasional yang berbasis di Rutgers University, Elizabeth Schroeder, seperti dilansir New York Times.

Baca juga: Orangtua Tutup Mata Anak Saat Muncul Adegan Ciuman pada Film, Benar atau Salah?

Kebanyakan orangtua mungkin tidak mempersiapkan dirinya berada dalam situasi seperti itu.

Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi situasi tersebut.

Termasuk, menghindari melakukan beberapa hal berikut:

1. Bereaksi dengan marah
Konsultan andrologi dan seks, Dr dr Hudi Winarso, MKes, SpAnd melalui bukunya, "Seks Pria & Wanita: Manfaat, Masalah, dan Solusinya" (2019) mengatakan, orangtua boleh menyampaikan pada anak bahwa material tersebut tidak pantas.

Namun, gunakan bahasa yang jelas dan tanpa nada marah.

Menghukum anak atau mendramatisir respons malah berpotensi menjadikan keingintahuan anak semakin besar tentang konten dewasa tersebut.

"Orangtua juga perlu mengadakan introspeksi, apakah sudah terbangun sistem komunikasi yang baik di dalam keluarga termasuk masalah seksualitas," ungkap Hudi.

Sebab, lanjut Hudi, data penelitian menunjukkan bahwa remaja dengan komunikasi seks yang baik dalam keluarga akan semakin kurang bermasalah dibanding remaja dengan lingkungan komunikasi seks yang kurang baik.

Baca juga: Anak Tak Sengaja Lihat Orangtua Berhubungan Intim, Bagaimana Menjelaskannya?

2. Memberi saran yang menggurui
Menurut Hudi, kebanyakan remaja tidak senang diberi saran yang sifatnya menggurui.

Oleh karena itu, orangtua perlu bijaksana dalam menyampaikan pesan seputar topik ini.

Berikan informasi yang baik kepada anak tentang masa remaja dan seksualitas. Ajarkan anak untuk menghargai seksualitas dirinya sendiri dan orang lain.

"Katakan kepadanya bahwa mereka dapat bertanya dan berdiskusi kapan saja tentang seksualitas jika ada hal yang ingin ditanyakan," kata Hudi.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau