Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Pergoki Anak Akses Konten Porno, Jangan Lakukan 5 Hal Ini

Kompas.com, 18 Januari 2021, 21:48 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Berikan kesan pada anak bahwa dirinya mampu menunjukkan sikap yang baik, bersikap dewasa dan bertanggung jawab atas tindakan yang diperbuat.

Beberapa materi yang dapat didiskusikan orangtua dan anak antara lain tentang perawatan organ intim, masa puber, pacaran, menstruasi, kesuburan, kehamilan, kontrasepsi, hingga penyakit menular seksual.

"Suasana komunikasi seks dalam keluarga harus dibangun sedini mungkin dalam porsi yang disesuaikan dengan umur anak," paparnya.

Baca juga: Jangan Bingung, Ini Tips Sederhana Memberikan Edukasi Seks ke Anak

3. Menasihati dengan membuat anak merasa malu
Mungkin banyak orangtua yang berpikir bahwa membuat anak sadar dengan kesalahan yang dilakukan akan membuatnya berhenti melakukan kesalahan itu.

Termasuk dalam hal mengakses konten dewasa.

Misalnya, dengan mengatakan pada anak kalimat seperti "ibu tidak percaya kamu akan melakukan ini!".

Namun, menurut Protect Young Minds, kalimat semacam itu ternyata sama berbahayanya dengan apa yang anak lakukan pertama kali.

"Kenapa demikian? Karena seiring berjalannya waktu, anak akan melihat dirinya sebagai anak yang nakal, bukan anak baik yang membuat pilihan buruk," tulis laman tersebut.

Rasa malu hanya akan membuat anak bersembunyi dan mencegah mereka untuk mendapatkan bantuan yang diperlukan.

Kebanyakan anak secara otomatis akan merasa malu jika ketahuan menonton sesuatu yang tidak pantas.

Untuk membantunya melewati rasa malu tersebut dan berbicara dengan kita sebagai orangtuanya dengan bebas, bicaralah dengan cara yang membantu anak mengetahui bahwa dirinya dicintai tanpa syarat, apa pun pilihan yang mereka buat.

Hindari melakukan labeling terhadap anak.

Apa perbedaan melakukan labeling terhadap anak dengan melakukan labeling terhadap perilakunya?

Sebagai contoh, alih-alih mengatakan "ibu kecewa kamu melakukan ini! hanya anak-anak nakal yang melakukan hal ini", orangtua bisa memilih kalimat seperti "bantu ibu untuk mengerti, apa yang kamu rasakan ketika memutuskan melakukan hal ini? Bagaimana perasaanmu setelah melakukannya?"

Contoh lainnya, daripada mengatakan "apa yang bikin kamu berpikir ini boleh dilakukan??" lebih baik memilih kalimat seperti "sulit untuk tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti ini. Jika kamu melakukan ini, apakah kamu tahu kira-kira apa yang bakal kamu lakukan di lain waktu?"

Baca juga: Sejauh Mana Orangtua Perlu Membicarakan Seks dengan Anak?

4. Mengabaikan masalah ini
Sebagian orangtua mungkin memilih mengabaikannya ketika memergoki anak mengakses konten dewasa dan menganggap pornografi adalah hal normal dalam proses dewasa anak.

Padahal, pornografi juga mengandung praktik kekerasan dan anak bisa saja mempelajari hal berbahaya dari apa yang disaksikannya.

Sebagian orangtua lainnya tidak tahu harus mengatakan apa dan bagaimana anak mereka akan bereaksi.

Ketahuilah, bahwa anak-anak butuh orangtuanya untuk membantu menjelaskan mengapa gambar-gambar yang dilihat anak dianggap tidak realistis, tidak sopan dan manipulatif.

Itulah sebabnya, lebih baik membicarakan topik tersebut sedini mungkin dengan anak daripada membiarkannya berlarut dan anak mendapatkan informasi dari sumber yang salah.

Mulai dari percakapan sesederhana mengenali alat kelamin ketika anak masih kecil.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau