Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 26 April 2021, 08:42 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Keindahan alam dan ragam budaya nusantara sudah lama menjadi inspirasi para seniman dan desainer. Keindahan ini juga ditangkap dalam berbagai perhiasan.

Merek perhiasan Passion Prive juga menuangkan keindahan itu dalam seri perhiasan terbarunya, Permata Nusantara.

Tak hanya terinspirasi dari tempat pariwisata di Indonesia saja, namun desain dari koleksi ini pun menggambarkan ciri khas daerah tersebut.

Diciptakan langsung dari tangan-tangan pengrajin dan juga desainer andal, Kelima koleksi Permata Nusantara menggunakan material kombinasi Rose Gold, Yellow Gold, dan White Gold 18k dengan kilau berlian yang menjadi unggulan dari Passion Privé.

Pendiri Passion Prive, Airyn Tanu mengajak pelukis dan founder Yulindra Gallery, Yulie Nasution dalam mendesain lima seri perhiasan yang terdiri dari kalung dan liontin.

“Ide ini pertama kali saya utarakan ke mbak Yulie, gimana kalau kita menciptakan karya dan kolaborasi idenya. Kami utarakan ide juga itu ke ibu Nur Asia Sandiaga Uno dan kita sangat senang ibu Nur mendukung program ini,” kata Airyn dalam konferensi pers peluncuran Permata Nusantara di Jakarta (23/4/2021).

Baca juga: Simak, 4 Teknik Membersihkan Perhiasan

Pada seri Danau Toba, ditampilkan seni ukir dan motif khas etnik suku Batak. Koleksi ini memiliki perpaduan berlian dan manik-manik hitam.

Untuk koleksi kedua, Borobudur, kita bisa melihat koleksi perhiasan yang mewah, terinspirasi dari kemegahan candi di kota Magelang ini.

Launching Permata Nusantara dihadiri Airyn Tanu sebagai COO Passion Prive, Nur Asia Sandiaga Uno sebagai Penasehat Darmawanita Kemenparekraf dan pelukis Yulie Nasution.Dok Passion Prive Launching Permata Nusantara dihadiri Airyn Tanu sebagai COO Passion Prive, Nur Asia Sandiaga Uno sebagai Penasehat Darmawanita Kemenparekraf dan pelukis Yulie Nasution.

Pada seri Likupang, bentuk kalung dan liontin dari koleksi ini memiliki motif ombak, terinspirasi dari kekayaan alam Likupang, kecamatan di Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Dalam koleksi ini, motif ombak bergabung dengan motif kerancang batik khas dari tempat wisata di Sulawesi Utara ini. Koleksi Likupang menggunakan material berlian yang lebih indah, elegan, dan mewah.

Kemudian koleksi Labuan Baju menggunakan material berlian dan mutiara hitam dari hasil laut Nusa Tenggara Timur. Liontin dari koleksi ini terinspirasi dari perhiasan khas NTT, yaitu Mamuli dengan bentuk kipas.

Baca juga: Keindahan Perhiasan Nusantara Karya Samuel Wattimena

Terakhir adalah seri Mandalika, yang memiliki desain kalung terinspirasi dari selendang Putri Mandalika, tokoh legenda dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Bentuk selendang ini digabungkan dengan diamond dan kerancang, motif batik yang khas dari pulau Lombok.

Airyn menjelaskan, koleksi ini memakai bahan dasar emas dan berlian sehingga tergolong fine jewelry.

“Jadi ini sifatnya masterpiece, memang kita desain satu produk satu item. Harganya ada yang 200 juta lebih, ada yang 300 juta termasuk kalung, tergantung speck diamondnya dan materin dari bahan dasarnya,” katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau