Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral di Media Sosial, Ini Kata Sosiolog soal Citayam Fashion Week

Kompas.com, 21 Juli 2022, 19:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

"Karena tidak semua urban subversif itu diterima publik, misalnya corat-coret dinding kota ada yang tidak menyukai bahkan dihapus karena melakukan kritik kepada pemerintah," sambungnya.

Perlawanan terhadap fashion kelas atas

Drajat juga menyebut lahirnya Citayam Fashion Week merupakan pengaruh dari street fashion.

Budaya berbusana tersebut memang sudah lebih dulu nge-hype di kalangan anak muda Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, termasuk China.

Meski melahirkan selera tersendiri, ia menyebut street fashion adalah gejala di dunia yang menjadi bentuk perlawanan terhadap kemapanan struktur dari fashion.

Pasalnya masyarakat kelas menengah-bawah berusaha untuk menjangkau fashion yang selama ini lekat dengan gaya berbusana orang-orang berduit, pejabat, hingga selebritis.

Baca juga: Rekor, Harga Barang Mewah Alami Kenaikan Tertinggi Sejak 2019

"Fashion yang bagus-bagus dan terjaga 'kan ada di kelas atas jadi tidak terjangkau oleh masyarakat menengah-bawah," ujar Drajat.

"Jadi fashion itu memiliki kelas sosial. Kelas sosial bawah memang cenderung memakai fashion yang apa adanya."

"Ini menggambarkan urban subversif atau perlawanan struktur perkotaan yang sudah dikuasai kelas atas, bisa mereka lawan dengan Citayam Fashion Week," tambahnya.

Citayam Fashion Week bisa kiamat kapan saja

Drajat menjelaskan street fashion dalam perkembangannya di banyak tempat di dunia sudah diterima oleh masyarakat.

Tidak mengherankan apabila titik-titik street fashion menjadi salah satu destinasi bagi banyak orang untuk berkunjung.

Namun, Drajat mengungkap, popularitasnya kerap dimanfaatkan sejumlah kekuatan-kekuatan besar.

Salah satunya adalah penjual produk KW atau second ekspor yang lantas mendapuk beberapa anak-anak muda supaya memakai barangnya.

Baca juga: Fenomena Sneaker KW, Model Apa yang Paling Banyak Dipalsukan?

Fenomena tersebut dapat bercampur dengan inisiatif dari anak-anak muda dan bisnis yang masuk.

"Ini yang barus dijaga karena kalau itu (barang KW dan second ekspor) masuk, maka ruang urban subversif atau inisiatif masyarakat bisa hilang, tandas Drajat.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Catwalk di Dukuh Atas, Jakarta Pusat Bersama Jajaran Bank Investasi Eropa, Selasa (19/7/2022)Dokumen Pemprov DKI Jakarta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Catwalk di Dukuh Atas, Jakarta Pusat Bersama Jajaran Bank Investasi Eropa, Selasa (19/7/2022)
Di sisi lain, ia menyebut bahwa kekuatan besar lainnya, seperti politik, dapat menghilangkan ruang-ruang kreativitas seperti yang terbentuk di Citayam Fashion Week.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau