Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Masalah Kesehatan Kronis yang Membuat Kulit Gatal, Ini Kata Dokter

Kompas.com, 23 Agustus 2022, 12:41 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kulit gatal akibat digigit serangga atau berkeringat mungkin hal biasa yang dapat dengan mudah diatasi sendiri di rumah.

Namun, ada pula kejadian kulit gatal yang berlangsung lama dan membutuhkan perawatan dari dokter karena dapat mengindikasikan kita sedang mengidap penyakit kronis tertentu.

Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, para dokter kulit pun mengungkapkan 7 masalah kesehatan yang dapat membuat kulit gatal, seperti yang dilansir dari laman The Healthy berikut ini.

Masalah kesehatan yang membuat kulit gatal

1. Penyakit ginjal

Kulit gatal yang intens di seluruh tubuh sering terjadi pada orang dengan penyakit ginjal stadium akhir atau mereka yang menderita gagal ginjal kronis.

Bahkan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Renal Failure, 42 persen pasien ginjal dialisis menderita gatal-gatal sedang sampai ekstrim.

"Beberapa orang menggambarkannya sebagai gangguan," kata dokter spesialis kulit dan ahli bedah Mohs di Memorial Sloan Kettering Cancer Center dan New York-Presbyterian Hospital, Dr Anthony M. Rossi, MD.

"[Gatal] sangat intens sehingga orang terbangun di tengah malam sambil menggaruk," ungkapnya.

Secara ilmiah, belum ditemukan mengapa penyakit ginjal menyebabkan gatal-gatal, tetapi para dokter menduga hal ini berkaitan dengan penumpukan racun dalam tubuh, ketika ginjal kita tidak dapat membuang limbah dari aliran darah.

Selain mengobati penyakit ini, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti gabapentin, obat anti-kejang yang telah disetujui untuk penggunaan di luar label untuk meredam rasa gatal akibat penyakit ginjal.

Baca juga: Waspadai, 13 Gejala Penyakit Ginjal yang Mungkin Tak Disadari

2. Penyakit liver

Gatal-gatal pada kulit di sekujur tubuh juga bisa menjadi tanda dari penyakit liver atau hati.

Ketika rasa gatal yang tak henti-hentinya muncul pada tahap akhir penyakit ginjal, ini bisa menjadi gejala awal penyakit liver.

"Jika liver kita tidak berfungsi dengan baik untuk mendetoksifikasi tubuh, produk sampingan seperti asam empedu akan kembali ke atas," kata asisten profesor di departemen dermatologi di Yale School of Medicine, Dr Kathleen Cook Suozzi, MD.

"Tujuan utamanya adalah untuk mengobati penyakit liver yang mendasari dan meresepkan obat yang dapat menghilangkan asam empedu," terangnya.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau