Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Masalah Kesehatan Kronis yang Membuat Kulit Gatal, Ini Kata Dokter

KOMPAS.com - Kulit gatal akibat digigit serangga atau berkeringat mungkin hal biasa yang dapat dengan mudah diatasi sendiri di rumah.

Namun, ada pula kejadian kulit gatal yang berlangsung lama dan membutuhkan perawatan dari dokter karena dapat mengindikasikan kita sedang mengidap penyakit kronis tertentu.

Nah, untuk mengetahuinya lebih lanjut, para dokter kulit pun mengungkapkan 7 masalah kesehatan yang dapat membuat kulit gatal, seperti yang dilansir dari laman The Healthy berikut ini.

Masalah kesehatan yang membuat kulit gatal

1. Penyakit ginjal

Kulit gatal yang intens di seluruh tubuh sering terjadi pada orang dengan penyakit ginjal stadium akhir atau mereka yang menderita gagal ginjal kronis.

Bahkan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Renal Failure, 42 persen pasien ginjal dialisis menderita gatal-gatal sedang sampai ekstrim.

"Beberapa orang menggambarkannya sebagai gangguan," kata dokter spesialis kulit dan ahli bedah Mohs di Memorial Sloan Kettering Cancer Center dan New York-Presbyterian Hospital, Dr Anthony M. Rossi, MD.

"[Gatal] sangat intens sehingga orang terbangun di tengah malam sambil menggaruk," ungkapnya.

Secara ilmiah, belum ditemukan mengapa penyakit ginjal menyebabkan gatal-gatal, tetapi para dokter menduga hal ini berkaitan dengan penumpukan racun dalam tubuh, ketika ginjal kita tidak dapat membuang limbah dari aliran darah.

Selain mengobati penyakit ini, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti gabapentin, obat anti-kejang yang telah disetujui untuk penggunaan di luar label untuk meredam rasa gatal akibat penyakit ginjal.

2. Penyakit liver

Gatal-gatal pada kulit di sekujur tubuh juga bisa menjadi tanda dari penyakit liver atau hati.

Ketika rasa gatal yang tak henti-hentinya muncul pada tahap akhir penyakit ginjal, ini bisa menjadi gejala awal penyakit liver.

"Jika liver kita tidak berfungsi dengan baik untuk mendetoksifikasi tubuh, produk sampingan seperti asam empedu akan kembali ke atas," kata asisten profesor di departemen dermatologi di Yale School of Medicine, Dr Kathleen Cook Suozzi, MD.

"Tujuan utamanya adalah untuk mengobati penyakit liver yang mendasari dan meresepkan obat yang dapat menghilangkan asam empedu," terangnya.

Dokter juga biasanya akan meresepkan obat yang dapat menghambat penyerapan asam empedu oleh tubuh atau membantu mengurangi jumlah asam empedu yang kembali ke liver.

3. Dermatographia

Jika setelah menggaruk kulit dengan ringan kuku jari meninggalkan bekas luka merah tipis dan terangkat pada kulit yang membutuhkan waktu 15 hingga 30 menit untuk menghilang, maka kita mungkin mengalami dermatographia.

"Ini adalah kondisi kulit yang ekstrem, di mana kulit sensitif terhadap sentuhan dan melepaskan terlalu banyak histamin," kata dokter kulit dan ahli bedah kosmetik di New York Cosmetic, Skin & Laser Surgery Center, Dr Cameron Rokhsar, MD.

Meskipun penyebab kondisi ini tidak jelas, namun hal ini bisa dipicu oleh stres, infeksi, alergen, atau obat-obatan.

Dia juga menambahkan bahwa area yang biasa disentuh oleh kulit atau pakaian lain adalah yang paling rentan terhadap flare-up dermatografi.

Kondisi ini sebenarnya mudah didiagnosis, tetapi sering tidak terdiagnosis karena tidak cukup parah atau cukup mengganggu bagi orang untuk membuat janji dengan dokter kulit.

"Jika gatal menjadi parah, dokter biasanya akan meresepkan antihistamin untuk meredakan peradangan," tuturnya.

4. Penyakit tulang belakang

Kulit gatal kronis pada bagian tengah atas punggung (tanpa ruam) bisa menjadi ciri khas gatal neuropatik, gejala kerusakan saraf.

Sebelum memberikan pengobatan, dokter akan terlebih dahulu mengesampingkan penyakit sumsum tulang belakang sebagai penyebabnya.

Penelitian telah menunjukkan bahwa penyakit tulang belakang, baik karena usia atau cedera, dapat memberikan tekanan pada saraf dan menjepitnya, yang menghasilkan sensasi gatal pada kulit.

Gatal neuropatik juga dapat terjadi pada satu sisi tubuh atau keduanya, tetapi itu adalah tanda bahaya besar jika menggaruk tidak membawa kelegaan.

"Orang dengan eksim mendapatkan sensasi yang baik dari menggaruk," ujar Rossi.

"Tapi, [saraf gatal] tidak membaik dengan menggaruk. Rasa gatal semakin meningkat hampir sepanjang waktu," jelasnya.

Beberapa orang mengatakan rasanya seperti serangga yang merayap pada mereka.

Setelah penyakit sumsum tulang belakang atau kondisi kesehatan lainnya telah dikesampingkan, gatal neuropatik dapat diobati dengan krim capsaicin, yang berasal dari cabai untuk membakar saraf yang menembak secara tidak teratur pada kulit.

5. Limfoma

Suozzi mengatakan bahwa rasa gatal juga bisa mengindikasikan limfoma atau kelainan darah.

"Sebanyak lima hingga 30 persen pasien limfoma seperti Hodgkin dan non-Hodgkin dapat mengalami rasa gatal," terangnya.

Gatal dengan atau tanpa ruam bisa menjadi gejala pertama penyakit Hodgkin, yang kemungkinan disebabkan oleh sitokin atau molekul sinyal sel yang memicu peradangan sebagai respons terhadap infeksi.

Jika dokter mencurigai adanya limfoma, dia mungkin akan memerintahkan rontgen dada.

Jika kita didiagnosis menderita penyakit ini, rasa gatal akan segera berhenti setelah memulai kemoterapi atau terapi radiasi.

6. Penyakit tiroid

"Penyakit tiroid, apakah itu terlalu aktif atau kurang aktif, dapat menyebabkan sensasi aneh pada kulit," ungkap Rohskar.

"Tidak ada yang tahu hubungannya, tetapi mungkin perubahan pada kelenjar keringat dapat menyebabkan kekeringan kulit," sambung dia.

Namun, kulit gatal dan kering lebih sering terjadi pada orang yang memiliki hipotiroid, karena jaringan kulit mengandung reseptor hormon tiroid yang mengalami penurunan aktivitas seluler tanpa adanya hormon tiroid.

7. Kanker payudara

Penyakit paget pada puting adalah bentuk kanker payudara yang sangat langka, di mana sel-sel kanker terkumpul di dalam atau di sekitar puting.

Menurut National Cancer Institute, penyakit paget pada puting menyumbang kurang dari lima persen dari semua kasus kanker payudara di Amerika Serikat.

Tanda pertamanya adalah bercak bersisik, merah, gatal di sekitar puting dan areola.

"Kadang-kadang, itu bisa salah didiagnosis sebagai eksim pada puting. Tetapi ketika terkait kanker payudara, itu unilateral," ujar Suozzi.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/08/23/124159020/7-masalah-kesehatan-kronis-yang-membuat-kulit-gatal-ini-kata-dokter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke