Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Ibu Menyusui

Kompas.com - 20/09/2022, 08:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Fandhi Gautama

KOMPAS.com - Agar pemberian ASI dapat terjamin, bukan hanya fisik sang ibu yang harus dijaga, melainkan kesehatan mentalnya juga. Karena kondisi ibu pasca melahirkan sangatlah kompleks, terlebih tidak sedikit yang mengenyampingkan bahwa masa menyusui merupakan tanggung jawab bersama.

Memang ibu berperan penting dalam pemberian ASI kepada bayi, tetapi keadaan keluarga, khususnya suami, memberi pengaruh terhadap hal tersebut.

Apabila keluarga tidak suportif dan malah menekan ibu, pemberian ASI akan terhambat, bahkan tidak keluar sama sekali.

dr. Aldilla Dinaresti, Sp.A., dokter spesialis anak, memaparkan pentingnya kesehatan mental dan kondisi yang suportif bagi ibu menyusui dalam siniar Obrolan Meja Makan yang bertajuk “Sukses MengASIhi”.

Pentingnya Sosialisasi dan Edukasi ASI

Pemberian ASI eksklusif kepada bayi, terutama di hari-hari pertama bayi tentu akan bermanfaat bagi tumbuh kembangnya. Namun, tidak sedikit para ibu yang khawatir karena tidak bisa mengeluarkan ASI.

Dilansir dari Kompas.id, ASI akan lancar dan deras dengan sendirinya pada hari ketiga dan keempat.

Keluarga tidak boleh menekan sang ibu apabila ASI yang dikeluarkan tidak banyak dan bayi kerap menangis. Terlebih, ibu yang baru memiliki anak pertama kali masih harus beradaptasi dengan kehidupan yang berubah secara drastis, seperti hormon, bentuk fisik, dan keadaan psikologis.

Baca juga: Dampak yang Dirasakan Anak Jika Sering Nonton Horor

Itu sebabnya, keluarga sudah sepatutnya membuat hunian yang nyaman dan kondusif. Salah satu kunci ibu dapat memberikan ASI eksklusif adalah adanya kesabaran dari semua pihak, khususnya di hari-hari pertama pasca melahirkan.

Baiknya, ibu juga melakukan konseling antenatal dan postnatal, bukan hanya satu periode saja, sehingga perkembangan kondisi ibu dan bayi dapat terpantau dengan baik dan efektif.

Asupan Gizi Ibu Menyusui

ASI diproduksi dengan memanfaatkan zat-zat gizi dalam tubuh yang harus digantikan. Itulah mengapa, pemenuhan gizi ibu menyusui bukan sebatas lima sehat dan empat sempurna, melainkan juga harus memenuhi kebutuhan gizi yang lebih banyak dan seimbang.

Gizi ibu harus memenuhi zat tenaga (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral).

Dalam masa enam bulan pertama, ibu menyusui membutuhkan 500 kalori/hari hanya untuk memproduksi ASI yang baik dan jumlah yang normal. Apabila diakumulasikan dengan aktivitas keseharian sang ibu, maka total kebutuhannya akan meningkat hingga 2400 kalori/hari.

Untuk memenuhi kebutuhan kalorinya, sang ibu dapat membaginya menjadi enam kali makan (tiga kali makan utama dan tiga kali makan selingan). Dengan terpenuhinya asupan gizi, ASI yang dihasilkan akan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik, sementara sang ibu akan sehat serta kuat.

Bagaimana dengan Bayi yang Lahir Prematur?

Ibu dari bayi yang lahir prematur memproduksi ASI yang komposisinya sedikit berbeda, setidak-tidaknya untuk beberapa minggu pertama. Perbedaan komposisi ini dirancang tubuh ibu untuk memenuhi kebutuhan khusus sang bayi.

Baca juga: 5 Destinasi Wisata Kuliner di Indonesia yang Wajib Dicoba

Itu sebabnya, ASI prematur lebih tinggi protein, mineral, dan mengandung pelbagai jenis lemak yang lebih mudah dicerna dan diserap bayi.

Akan tetapi, tidak sedikit juga bayi prematur yang belum mampu menyusu secara langsung pada payudara. Apabila demikian, para ibu tidak perlu khawatir. Karena seiring berjalannya pertumbuhan dan perkembangannya, sang bayi akan bisa menyusu dengan sendirinya.

Kesehatan Mental Ibu Menyusui

Pemaknaan ibu dalam memberikan ASI kepada bayi akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan prosesnya. Karena tumbuh kembang bayi yang pertama adalah pada proses menyusui, seperti kontak fisik, suara, dan penciuman.

Adapun proses menyusui akan menumbuhkan kedekatan batin antara ibu dan bayi dan memberikan rasa aman sekaligus kepercayaan diri bayi.

Namun, cukup sulit bagi ibu untuk terus memberikan ASI selama dua tahun. Salah satu godaannya adalah menggantikan ASI dengan susu formula. Suami berperan untuk memberikan dorongan atau motivasi kepada ibu, seperti afeksi atau apresiasi, di kala sang ibu merasa tertekan atau lelah.

Perasaan tertekan dan lelah tersebut akan sangat berat ketika sang ibu merasa kurangnya validasi. Hal ini akan menyebabkan ASI yang dihasilkan tidak memenuhi harapan.

Baca juga: Dampak Psikologis Memaki Anak

Validasi tersebut dapat dipenuhi dengan suami atau lingkungannya memberikan dukungan atau pujian yang menyebabkan sang ibu tidak merasa sendiri dan segala usahanya tidak sia-sia.

Simak obrolan seru lainnya seputar parenting dan isu-isu yang cocok untuk pasangan suami istri maupun yang sedang mempersiapkan pernikahan, hanya di siniar Obrolan Meja Makan. Episode bertajuk “Sukses MengASIhi” juga bisa Anda dengarkan melalui tautan berikut https://dik.si/omm_suksesmengasihi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com