Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 22 Januari 2023, 08:22 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap orang pasti pernah mengalami overthinking atau berpikir secara berlebihan, tak terkecuali penyanyi ternama Pradikta Wicaksono atau Dikta.

Pria berusia 37 tahun itu mengaku banyak hal yang membuatnya overthinking, terutama dalam urusan pekerjaan.

Menurut dia, overthinking yang dialami biasanya muncul akibat overwork atau bekerja secara berlebihan.

Ini kemudian bisa menyebabkan over screentime atau penggunaan gadget berlebihan, yang pada akhirnya membuat dia cukup merasa stres dan jenuh terhadap rutinitas sehari-hari.

"Saya selalu mengalami ketiganya, karena itu satu kesatuan," terangnya saat acara konferensi pers Bintang Crystal Chill Museuum di M Bloc Space Jakarta, Jumat (20/1/2/23).

"Pertama dari overwork, setelah itu ke overthinking, kemudian over screentime."

"Kalau sudah di fase seperti itu, saya biasanya akan mengambil waktu jeda atau istirahat dari semuanya," ujar dia.

Baca juga: Overthinking Bukan Penyakit Mental, Pahami Cara Mengatasinya

Cara sederhana mengatasi overthinking ala DIkta

Ada pun salah satu cara yang sering kali digunakan Dikta untuk mengatasi overthinking akibat overwork adalah dengan bermain bersama kucing peliharaannya.

Seperti yang dilihat dari akun Instagram pribadinya, Dikta memang kerap terlihat membagikan momen kebersamaannya dengan sang kucing kesayangan yang diberi nama mas Jimbon.

"Saya suka bersantai dan bermain dengan kucing peliharaan saya di rumah," kata Dikta.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pradikta Wicaksono (@dikta)

"Tapi kadang-kadang juga melakukan beberapa aktivitas lain seperti berolahraga atau free dive supaya bisa merasa lebih fresh ketika harus kembali ke pekerjaan," sambung dia.

Bahkan, di luar itu, Dikta juga rupanya suka melakukan hal-hal aneh yang mungkin jarang dilakukan oleh banyak orang, demi mengatasi overthinking-nya.

"Kalau pas bosen main sama kucing, saya mencari kegiatan lain seperti mancing semut pakai rumput," ungkapnya.

"Bagi beberapa orang itu aneh, tapi bagi saya itu bikin bahagia yang cukup sederhana," tutur dia.

Lebih lanjut, Dikta menambahkan bahwa mengatasi stres atau overthinking tidak harus mengeluarkan banyak uang atau waktu untuk berlibur di luar kota atau negara.

"Terkadang, dengan mengingat hal atau mainan apa yang bikin kita bahagia di masa kecil itu sudah bisa membantu kita mengurangi stres akibat overthinking," terangnya.

"Kita maksimalkan saja apa yang ada. Jangan mempersulit happiness atau momen happy kita sendiri," imbuh dia.

Baca juga: 6 Masalah Kesehatan yang Mungkin Timbul akibat Overthinking

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau