Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Muhammad Faisal

Youth Researcher. Founder Youth Laboratory Indonesia. Penulis Buku 'Generasi Kembali Ke Akar'

Memahami Gen Z Indonesia

Kompas.com, 23 Maret 2023, 15:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Energi, gagasan, serta karya kreasi dari generasi muda membutuhkan ruang penyaluran yang dipersiapkan secara matang oleh pengampu kebijakan. Kebijakan yang matang membutuhkan pemahaman tentang generasi yang mendalam berbasis sains dan data.

Para pengampu kebijakan dengan cara berpikir pintas atau heuristic terhadap generasi muda umumnya tidak melihat generasi muda sebagai subyek dari perubahan sosial, tetapi melihat mereka hanya sebagai lumbung suara saat musim elektoral.

Baca juga: Berebut Suara Gen-Z di 2024: Strategi untuk Parpol dan Kritik

Gen Z di Indonesia

Pertanyaan penting berikutnya yang perlu dilontarkan untuk lebih memahami generasi muda di Indonesia adalah siapakah gen z di Indonesia? Istilah milenial maupun gen z adalah istilah yang sesungguhnya bersifat khas.

Kedua istilah tersebut lahir dari rentang generasi yang dipisahkan oleh sebuah critical moment di AS, yaitu peristiwa sosial-politik berupa Perang Dingin pada akhir dekade 70-an serta meningkatnya fertilitas penduduk pada awal dekade 80-an di AS.

Pembagian generasi berdasarkan peristiwa penting di AS yang melahirkan milenial serta gen z di rumuskan pertama kali oleh Neil Howe dan William Strauss melalui buku “Generations: The History of America’s Future 1584 to 2069”.

Pembagian generasi yang kontekstual serta akurat tidak mengacu pada rentang periode tertentu, akan tetapi mengacu kepada sebuah peristiwa besar yang mengubah tantanan sosial, ekonomi, maupun politik di sebuah bangsa. Pembagian generasi berbasis peristiwa pertama kali dikemukakan oleh Karl Manheim melalui sebuah esai berjudul “Problem of Generations”tahun 1928.

Manheim menyebutnya dengan pendekatan romantisme sejarah. Penulis mengacu kembali kepada pendekatan Manheim, begitu pula Neil Howe dan William Strauss untuk merumuskan rentang generasi yang kontekstual di Indonesia.

Berdasarkan studi generasi muda yang penulis lakukan selama lebih dari satu dekade, serta kajian literatur penulis menetapkan bahwa generasi yang mengalami masa coming of age atau remaja pada saat Reformasi 98 adalah generasi yang paralel dengan milenial di AS.

Penulis menyebutnya dengan istilah generasi phi (singkatan dari pengubah Indonesia). Usia remaja menjadi penentu dari sebuah generasi bukan tahun lahir, sebab kristalisasi nilai-nilai, keyakinan, maupun karakter dari seorang anak muda baru terbentuk pada masa remaja.

Baca juga: Survei Litbang Kompas: Gen Z Lebih Ingin Memilih Capres Saja di Pemilu 2024

Prof Slamet Iman Santoso, pendiri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), dalam Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan (1979) bahkan menyebut masa remaja sebagai projective years, sebab ia dapat memprediksi kepribadian yang akan terbentuk pada sebuah generasi pada saat telah dewasa.

Generasi Neo Alpha

Generasi Phi: Mengenal Milenial Pengubah Indonesia (2017), Generasi Kembali ke Akar” (2019), serta Pasar dan Karier Kembali ke Akar (2022) adalah tiga buku penulis mengenai pembagian generasi berdasarkan konteks serta sejarah yang berlaku di Indonesia.

Dalam Pasar dan Karier Kembali ke Akar dipaparkan bahwa pandemi Covid-19 merupakan sebuah critical moment yang begitu kuat dampaknya pada remaja hingga melahirkan sebuah generasi dengan arketipe karakter baru, yaitu generasi yang disebut sebagai generasi neo-alpha.

Generasi neo-alpha hampir paralel dengan gen z di AS adalah generasi yang mengalami masa remaja saat Covid-19 mengubah tatanan kehidupan di Tanah Air.

Istilah gen z sesungguhnya tidak berlaku global, bangsa Prancis sebagai contoh secara khusus memilih untuk tidak menggunakan istilah milenial maupun gen z. Prancis menggunakan istilah enfant du numerique sebagai istilah yang merujuk pada generasi muda pasca kehadiran teknologi telepon genggam.

Generasi neo alpha adalah generasi yang kini kerap di label sebagai gen z. Generasi ini kini tengah mengalami gejolak yang sulit dimengerti. Setelah pembatasan sosial diturunkan, Indonesia langsung dikejutkan dengan berbagai fenomena gen neo-alpha, yaitu mulai dari fenomena Citayam Fashion Week, klitih, hingga penganiayaan karena permasalahan pacar.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau