Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Alasan Pasutri Perlu Menjalani Program Bayi Tabung

Kompas.com, 17 Juni 2023, 17:27 WIB
Dinno Baskoro,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program bayi tabung secara medis dikenal sebagai prosedur medis untuk membantu proses reproduksi melalui fertilisasi in vitro (IVF).

Program ini dapat dipertimbangkan oleh pasangan suami istri dalam beberapa situasi, seperti halnya pada pasangan yang mengalami masalah pada kesuburan.

Lantas kapan waktu yang tepat bagi pasutri untuk menjalani program yang satu ini untuk bisa memiliki keturunan?

Simak paparan dan saran ahli berikut ini.

Baca juga: Ratu Azizah dari Malaysia, Jalani Bayi Tabung 16 Kali demi Buah Hati 

Alasan pasutri perlu jalani program bayi tabung

Ilustrasi kehamilanUnsplash Ilustrasi kehamilan

Secara umum penentuan kapan pasangan dapat menjalani program bayi tabung tergantung pada kondisi kesehatan individu dan diagnosis medis yang dari dokter terkait.

Tetapi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan bagi pasutri untuk bisa memiliki keturunan melalui prosedur medis yang satu ini.

1. Menikah satu tahun namun tak kunjung hamil

Pasangan suami istri yang sudah menikah sekitar 12 bulan namun belum kunjung hamil sudah dapat mengikuti program bayi tabung.

Terlebih jika selama pernikahan pasangan suami istri memiliki hubungan seks yang teratur hingga tidak memakai kontrasepsi.

Menurut tokoh fertilitas dan bayi tabung Indonesia sekaligus Founder dari Smart IVF, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG, SubspFER, MPH, Int. Aff. RANZCOG, program bayi tabung sebetulnya tidak cuma mengacu pada proses pembuahan yang dibantu teknologi.

Baca juga: China Pertimbangkan Wanita Lajang Bisa Lakukan Bayi Tabung

Akan tetapi ada sejumlah bagian dari prosedurnya yang mewajibkan pasangan suami istri diperiksa lebih lanjut terkait kondisi serta tingkat kesuburannya masing-masing.

Seperti pemeriksaan kondisi sel telur, kualitas sperma, stimulasi ovarium hingga beberapa metode lain untuk mendukung proses pembuahan.

"Faktor-faktor yang memengaruhi kesuburan dapat berasal dari faktor istri misalnya gangguan haid, miom, kista, sumbatan saluran telur maupun faktor suami di antaranya kelainan sperma dan gangguan pengeluaran sperma."

"Bayi tabung menjadi metode reproduksi buatan yang paling efektif. Metode ini semakin populer di Indonesia, terbukti dari tingginya jumlah tindakan bayi tabung yang dijalankan," kata Prof. Budi kepada Kompas.com usai Soft Launching Smart Fertility Clinic di RS Primaya Bekasi Utara, baru-baru ini.

Berbagai rangkaian prosedur pemeriksaan itu pun dapat bertujuan agar pasangan suami istri bisa memahami kenapa sulit memiliki keturunan.

Baca juga: Benarkah Gen Z dan Milenial Tak Lagi Tertarik Punya Anak?

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau