Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

4 Alasan Pasutri Perlu Menjalani Program Bayi Tabung

KOMPAS.com - Program bayi tabung secara medis dikenal sebagai prosedur medis untuk membantu proses reproduksi melalui fertilisasi in vitro (IVF).

Program ini dapat dipertimbangkan oleh pasangan suami istri dalam beberapa situasi, seperti halnya pada pasangan yang mengalami masalah pada kesuburan.

Lantas kapan waktu yang tepat bagi pasutri untuk menjalani program yang satu ini untuk bisa memiliki keturunan?

Simak paparan dan saran ahli berikut ini.

Secara umum penentuan kapan pasangan dapat menjalani program bayi tabung tergantung pada kondisi kesehatan individu dan diagnosis medis yang dari dokter terkait.

Tetapi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan bagi pasutri untuk bisa memiliki keturunan melalui prosedur medis yang satu ini.

1. Menikah satu tahun namun tak kunjung hamil

Pasangan suami istri yang sudah menikah sekitar 12 bulan namun belum kunjung hamil sudah dapat mengikuti program bayi tabung.

Terlebih jika selama pernikahan pasangan suami istri memiliki hubungan seks yang teratur hingga tidak memakai kontrasepsi.

Menurut tokoh fertilitas dan bayi tabung Indonesia sekaligus Founder dari Smart IVF, Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG, SubspFER, MPH, Int. Aff. RANZCOG, program bayi tabung sebetulnya tidak cuma mengacu pada proses pembuahan yang dibantu teknologi.

Akan tetapi ada sejumlah bagian dari prosedurnya yang mewajibkan pasangan suami istri diperiksa lebih lanjut terkait kondisi serta tingkat kesuburannya masing-masing.

Seperti pemeriksaan kondisi sel telur, kualitas sperma, stimulasi ovarium hingga beberapa metode lain untuk mendukung proses pembuahan.

"Faktor-faktor yang memengaruhi kesuburan dapat berasal dari faktor istri misalnya gangguan haid, miom, kista, sumbatan saluran telur maupun faktor suami di antaranya kelainan sperma dan gangguan pengeluaran sperma."

"Bayi tabung menjadi metode reproduksi buatan yang paling efektif. Metode ini semakin populer di Indonesia, terbukti dari tingginya jumlah tindakan bayi tabung yang dijalankan," kata Prof. Budi kepada Kompas.com usai Soft Launching Smart Fertility Clinic di RS Primaya Bekasi Utara, baru-baru ini.

Berbagai rangkaian prosedur pemeriksaan itu pun dapat bertujuan agar pasangan suami istri bisa memahami kenapa sulit memiliki keturunan.

2. Menikah di usia 35 tahun

Seiring bertambahnya usia, baik pria atau wanita cenderung mengalami penurunan kualitas dari fungsi reproduksinya.

Pada usia ini, ada beberapa kondisi dari fungsi reproduksi yang mungkin menyulitkan untuk memiliki keturunan.

Beberapa faktor di antaranya meliputi penurunan kualitas sel telur, kualitas sperma, jumlah sel telur, gangguan hormonal hingga risiko komplikasi kehamilan yang cukup tinggi.

3. Pernah didiagnosa kista endometriosis

Kista endometriosis merupakan jenis penyakit yang ditandai dengan jaringan endometrium berada tidak pada tempatnya.

Umumnya endometrium berada di lapisan dalam rongga rahim namun adanya kelainan membuat jaringan tersebut tumbuh di luar rahim seperti pada indung telur atau ovarium.

Jaringan tersebut sebenarnya berfungsi sebagai memproduksi darah haid, tetapi ketika tumbuhnya di luar rongga rahim, enzim yang terkandung di dalamnya dapat bekerja memproduksi darah haid di ovarium.

Jika istri sudah pernah didiagnosis dengan endometriosis, hal itu membuatnya akan kesulitan mendapatkan keturunan melalui cara alami (hubungan seks tanpa kontrasepsi).

Sedangkan program bayi tabung dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan peluang kehamilan.

4. Terlalu cuek dengan kondisi kesehatan reproduksi

Pasangan yang tidak kunjung memiliki keturunan sebaiknya tidak boleh cuek dengan kondisi kesehatan reproduksinya.

Menurut Prof. Budi, menunggu kehamilan bisa jadi proses yang sangat melelahkan karena sangat menyita waktu, tenaga hingga biaya.

Karena itu, pasangan harus menyadari dan memahami kenapa tidak kunjung diberikan momongan. Sebab, bisa jadi ada beberapa masalah pada organ reproduksinya yang sebetulnya bisa ditangani sejak awal.

"Prinsip hamil itu ada tiga pemeriksaan dasar, mulai dari sperma, sel telur, atau ada gangguan fertilitas lain pada prosesnya."

"Pasangan yang ingin punya keturunan harus tahu ke mana mereka memeriksakan kondisi kesehatan reproduksinya itu. Jangan terlalu santai karena proses kehamilan itu juga memakan waktu, kesabaran dan lain-lain," pungkasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/06/17/172700520/4-alasan-pasutri-perlu-menjalani-program-bayi-tabung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com