Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Lebih Takut Anaknya Kecanduan Internet Dibandingkan Narkoba

Kompas.com, 2 November 2023, 08:00 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Sumber Fox News

KOMPAS.com - Riset terbaru membuktikan orangtua lebih takut anak remajanya kecanduan internet daripada narkoba.

Kesimpulan ini dapat berdasarkan survei online terhadap 1.000 orangtua remaja di AS yang berusia 9-15 tahun.

Penilaian dilakukan untuk memahami persepsi orangtua terkait risiko dan manfaat penggunaan internet dalam empat bidang utama yakni perkembangan fisik dan kognitif anak-anak, keselamatan anak-anak, potensi kecanduan, dan keterhubungan dengan keluarga.

Baca juga: Ketahui 5 Jenis Kecanduan Internet dan Dampaknya

Hasilnya, para orangtua mengakui manfaat internet untuk membangun rasa terhubung dalam keluarga tapi juga khawatir akan efek buruknya.

“Hasil penelitian kami mengingatkan kita bahwa pembicaraan mengenai dampak teknologi internet terhadap generasi muda kita tidak akan lengkap tanpa mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya," kata penulis studi, Michael Milham, M.D., PhD, Direktur Penelitian Child Mind Institute di New York City.

“Dari perspektif kesehatan masyarakat, ini menggarisbawahi perlunya pendidikan dan dukungan yang lebih besar bagi para orangtua," tambahnya.

Pasalnya, banyak orangtua merasa cemas sekaligus tidak yakin caranya menerapkan penggunaan internet sehat pada anak remajanya.

Baca juga: 10 Negara Paling Kecanduan Internet dan Medsos di Dunia, Indonesia?

Kecanduan internet pemicu masalah kesehatan mental

Secara khusus, potensi kecanduan paling potensial terjadi pada penggunaan media sosial dan video game.

“Studi ini juga mengingatkan kita bahwa pola penggunaan internet yang bermasalah berkorelasi dengan pola asuh yang negatif," terang Milham.

Misalnya, penerapan disiplin yang tidak konsisten, pengawasan yang buruk dan adanya masalah penggunaan internet pada orangtua,

"Hal ini menjadi target awal untuk upaya intervensi dini,” tandasnya.

Baca juga: 7 Cara Pengasuhan Anak yang Dilakukan Orangtua Sebelum Ada Internet

Ilustrasi orangtua dan anak.tirachardz/ Freepik Ilustrasi orangtua dan anak.

Namun ia menambahkan, dibutuhkan riset mendalam secara langsung dengan para remaja untuk tema ini.

“Saya pikir kekhawatiran mengenai intimidasi online, paparan terhadap konten yang tidak pantas, dan kecanduan tidak dapat diabaikan, karena sebagian besar orangtua memiliki setidaknya satu dari kekhawatiran ini, atau bahkan lebih,” tambah Milham.

Penggunaan internet yang berlebihan terbukti menyebabkan masalah kesehatan mental terkait tingkat ketergantungan alkohol, depresi, kecemasan, dan insomnia yang lebih tinggi.

Terlalu banyak mengonsumsi internet juga dikaitkan dengan kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya, melakukan percakapan yang sehat, merasa nyaman dalam lingkungan sosial dan menunjukkan empati.

Baca juga: Agar Anak Tidak Kecanduan Internet, Orangtua Lakukan 5 Tips Ini

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau