Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drama Kantor Bikin Harus Ambil Kubu? Hadapi dengan 3 Cara Ini

Kompas.com, 2 September 2024, 12:11 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada beragam drama yang bisa terjadi di kantor, mulai dari seputar beban pekerjaan sampai jabatan.

Terkadang, drama kantor membuat karyawan harus mengambil kubu karena tidak ada pilihan untuk tidak ikut-ikutan.

Founder & CEO Talkinc Erwin Parengkuan menuturkan bahwa hal tersebut wajar jika terjadi.

Namun, ada hal yang perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum kamu memutuskan untuk bergabung dengan kubu A atau B.

"Kalau menurut saya, mereka yang berseteru pasti punya kualitas positif dan negatifnya masing- masing," kata dia dalam HR Gathering “Happiness at Work: How Joy Brings Business to Success” di Grand Indonesia West Mall, Jakarta, Kamis (29/8/2024).

Baca juga:

1. Perhatikan jenjang karier

Dalam memilih kubu di tengah drama kantor, perhatikan pihak mana yang akan memberikan dampak lebih dalam jenjang kariermu.

Menurut dia, hal tersebut jangan sampai terlewatkan untuk diidentifikasi agar pilihan kubumu tepat.

2. Jangan kepo ke kubu lain

Ketika sudah memantapkan diri untuk memihak pada satu kubu, hindari perasaan "kepo" atau penasaran ke kubu lain.

"Pakai kacamata kuda, enggak usah ngelihat si opponent lagi ngapain," imbau Erwin.

Ibaratnya, ketika sudah membeli baju yang diinginkan, jangan melihat baju lainnya karena baju yang dibeli seharusnya sudah cukup.

3. Selalu open-minded

Meski sudah memihak pada salah satu kubu, kamu tetap harus open-minded dan menyadari tentang apa saja yang sedang terjadi.

Misalnya, ketika memilih kubu A karena ada orang dalam kubu itu yang kepemimpinannya kuat, kamu harus memastikan apakah hal tersebut sesuai penilaianmu atau tidak.

"Benar enggak nih prediksi yang sudah dianalisa sehingga dia memilih kubu itu dibandingkan yang lain?" kata Erwin.

Baca juga:

Sebab, ada kemungkinan perubahan kubu terjadi lantaran manusia selalu berubah pikiran.

Drama kantor bisa dicegah?

Erwin menjelaskan bahwa drama kantor tidak bisa dicegah. Secara alami, mereka dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan dalam situasi apa saja.

Namun, drama kantor bisa dihindari dengan cara tidak melibatkan diri di dalamnya, yaitu dengan sudah matang secara emosional agar bisa melihat segala sesuatu dengan jernih tanpa terbawa emosi.

 
 
 
Sieh dir diesen Beitrag auf Instagram an
 
 
 

Ein Beitrag geteilt von Kompas.com (@kompascom)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau