Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Anak Jadi Korban Bullying, Sudahkah Orangtua Peka?

Kompas.com, 1 November 2024, 20:54 WIB
Nabilla Ramadhian,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com – Tidak semua orangtua langsung mengetahui bahwa anaknya menjadi korban perundungan (bullying) di sekolah.

Terkadang, mereka baru mengetahuinya beberapa tahun kemudian saat sang buah hati akhirnya bercerita ke orangtua.

Psikolog anak dan keluarga dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Samanta Elsener mengungkapkan, orangtua sebenarnya bisa mengetahui anak menjadi korban tanpa menunggu mereka bercerita.

“Peka enggak orangtuanya? Enggak semuanya peka. Kalau kita mau peka, kita bisa lihat ada perubahan sikap dari anak,” jelas dia dalam podcast Kompas Lifestyle, Ruang Keluarga, bertajuk “Anak Terlalu Dimanja Bisa Jadi Pelaku Bullying”, Rabu (30/10/2024).

Baca juga:

Kunci utama dari kepekaan atau sensitivitas terhadap anak adalah profil orangtua. Apakah mereka ingin meluangkan waktu untuk mengobrol dengan anak atau tidak.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut mungkin sulit dilakukan oleh orangtua yang bekerja di luar kota, serta menaruh anak di panti asuhan dan hanya sesekali menengoknya.

Meski orangtua hadir dalam kehidupan sang anak, belum tentu mereka bisa “terkoneksi” dengan si kecil.

“Ada yang profil orangtuanya memang mengabaikan anak. Walaupun (memberi) banyak fasilitas, pokoknya tahunya (anak) belajar, nilainya bagus, dikasih target. Ada yang kayak gitu, jadi enggak akan pernah tahu anaknya di-bully atau enggak,” kata Samanta.

Lebih peka pada anak

Samanta menyarankan agar orangtua lebih peka pada anaknya. Ini bisa dimulai melalui keinginan untuk menjangkau anaknya dengan rasa penasaran terkait kegiatannya di sekolah.

Baca juga:

Namun, jangan sekadar “berkomunikasi” dengan nada dan pertanyaan yang monoton, misalnya menanyakan “Bagaimana ceritanya hari ini di sekolah? Di sekolah belajar apa saja?” setiap hari.

Bukan berarti orangtua tidak boleh menanyakan hal tersebut. Hanya, ajukan pertanyaan yang lebih variatif, seperti ada kejadian apa di sekolah atau perasaannya sepanjang di sekolah.

“Jadi, bagi orangtua yang memang ingin tahu anaknya kenapa, (hadirkan) sensitivitas. Satu saja,” ucap Samanta.

Setiap anak bercerita, perhatikan sikapnya. Apakah ada perubahan atau tidak. Sebab, perubahan tidak terjadi secara tiba-tiba.

Bisa saja, anak yang sebelumnya bercerita dengan ceria, lambat laun menjadi pendiam dan kerap bersedih. Seiring waktu, anak jadi tidak mau lagi bercerita kepada orangtuanya.

Baca juga:

Untuk mencegah anak sampai ke titik tersebut, ayah dan ibu harus lebih bersemangat dalam menjalin koneksi atau bonding dengan anak.

Ini dapat membuat anak selalu percaya kepada orangtua, dan terbuka untuk menceritakan apapun yang terjadi padanya.

Ketika anak sudah terbiasa bercerita pada orangtua tentang keseharianya, maka mereka juga kemungkinan besar akan dengan mudah mengungkapkan jika sedang terkena masalah, seperti bullying.

“Kita harus selalu sampaikan sama anak, kalau ada apapun, kamu harus bilang, harus cerita,” ucap Samanta.

“(Sampaikan pada anak), karena yang bisa menolong kamu saat ini adalah kita (orangtua). Yang bisa belain kamu, kita. Kamu adalah tanggung jawab orangtua,” lanjut dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau