Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Melulu soal Makanan, Sakit Juga Bisa Jadi Penyebab Anak GTM

Kompas.com, 9 November 2024, 10:05 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan tutup mulut (GTM) adalah istilah yang merujuk pada anak-anak yang tidak mau makan.

Sekalinya makan pun, porsinya lebih sedikit daripada porsi normal dan frekuensi makannya juga lebih jarang.

Permasalahan ini umum terjadi pada setiap anak. Bahkan, hampir semua orangtua pasti pernah melalui fase menghadapi anak GTM.

Penyebab umum GTM adalah jenis makanan yang diberikan pada anak. Bisa saja, makanan kurang enak atau teksturnya tidak cocok dengan lidah anak.

Namun, dokter spesialis anak dr. Kristian Wongso G., DTM&H, M.Sc., M.Krim., Sp.A. mengatakan, penyakit juga bisa menyebabkan anak GTM.

"Cari tahu anak enggak mau makan karena apa. Apakah jangan-jangan ada sakit, atau mungkin sakit di paru-paru?" tutur dia dalam diskusi daring, Kamis (7/11/2024).

Bisa jadi, anak mengalami sakit pada tenggorokan atau merasa mual. Alhasil, ia enggan menyantap apa pun, termasuk makanan favoritnya.

Kristian mengatakan, bukan hanya anak-anak yang mengalaminya. Orang dewasa pun ada yang tidak ingin makan saat sakit.

"Mau disodori makanan juga enggak mau makan, yang ada malah marah. Kalau anak, bahkan bisa sampai trauma," ucap dia.

Jadi, untuk mengetahui alasan di balik GTM, orangtua diimbau untuk konsultasi dengan dokter.

Saat konsultasi pun, jangan lupa untuk membawa "buku pink" atau buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Sebab, setiap sesi konsultasi atau kunjungan ke posyandu, dokter atau bidan selalu mencatat tumbuh kembang anak di buku itu.

Buku KIA dapat membantu dokter melihat, apakah ada masalah pada tumbuh kembangnya ketika anak sedang GTM.

"Saya pernah ketemu orangtua yang bilang, anaknya tiga bulan ini GTM. Saya lihat (buku KIA), kurva (tumbuh kembang anak) bagus banget," ujar Kristian.

Berdasarkan hal tersebut, ternyata apa yang terjadi pada pasiennya bukanlah GTM. Namun, tubuh anak itu memang tidak memerlukan asupan nutrisi sebanyak yang dikira orangtuanya.

Inilah mengapa Kristian menyarankan, agar orangtua konsultasi ke dokter untuk lebih memastikan penyebab anak GTM.

Jangan diganti dengan susu

Tak bisa dipungkiri, menghadapi anak GTM memang sering kali membuat orangtua kebingungan.

Hal itulah, yang kemudian membuat orangtua terkadang mengambil "jalan pintas", ketika anak sedang GTM.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau