Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Perceraian Paula-Baim, Begini Dampak Psikologisnya pada Anak

Kompas.com, 10 Maret 2025, 20:35 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com – Beberapa waktu belakangan, warganet kembali menyoroti kasus perceraian Baim Wong dengan Paula Verhoeven.

Adapun, kasus perceraian keduanya kembali mencuat usai Paula mengunggah sebuah video yang menampilkan anak keduanya menangis dan meminta ibunya pergi saat berkunjung.

Dalam unggahan video di Instagram pada Jumat (7/3/2025), sang anak mengungkapkan ketakutannya.

“Mama jangan ke sini nanti papa marah. Nanti papa marahin mama,” ujar dia sembari menangis, dikutip dari unggahan Instagram Paula, Senin (10/3/2025).

Baca juga: Tex Saverio Perdana Luncurkan Koleksi Scarf, Salah Satunya Terinspirasi dari Kisah Paula Verhoeven

Mengenai hal tersebut, psikolog anak Gloria Siagian M.Psi. mengatakan, perceraian dapat memberi dampak psikologis pada anak.

“Mau perceraiannya baik-baik saja atau tidak, sebenarnya pasti akan menimbulkan dampak psikologis. Mereka (anak) pasti akan kehilangan salah satu figur orangtua,” tutur Gloria kepada Kompas.com, Senin.

Anak melalui proses berduka

Ketika orangtuanya bercerai, seorang anak yang kehilangan salah satu figur orangtuanya akan melalui proses berduka.

Menurut psikolog yang berpraktik di Mykid Clinic BSD, Kabupaten Tangerang ini, umumya anak akan mengalami kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan dalam proses tersebut.

“Tidak mudah bagi mereka untuk bisa memproses itu. Semakin kecil anak, pasti akan lebih sulit untuk mereka. Semakin dia besar, mungkin akan mudah karena bisa diajak bicara,” ucap Gloria.

Pasalnya, seiring bertambahnya usia, anak mulai bisa menimbang suatu kondisi. Mereka tidak lagi melihat sesuatu secara hitam dan putih, tetapi juga abu-abu.

Proses berduka akan tetap ada, karena orangtua yang selama ini selalu bersama harus berpisah.

Bisa menarik diri dan kebingungan

Gloria mengungkapkan, proses perceraian yang tidak baik-baik saja bisa berdampak lebih buruk pada anak-anak. Bahkan, mereka bisa menarik diri dari kehidupan sosial, atau menjadi agresif.

“Bisa jadi, anak clingy (menempel) ke orang lain karena kebutuhan afeksinya mungkin berkurang,” tutur dia.

Anak juga bisa menjadi bingung ketika mereka dipisahkan dari ayah atau ibunya, terutama jika mereka lebih dekat dengan figur orangtua tersebut.

Perasaan bingung dapat semakin parah saat anak dilarang untuk bertemu dengan figur orangtua yang dekat dengannya.

“Dia sayang banget dan pengin dekat sama ayah atau ibunya, tapi ayah atau ibunya enggak kasih. Jadi, anak berada dalam keadaan dilematis dan ambigu. Kasihan kalau konfliknya seperti itu, karena secara anak secara alami dekat sama orangtuanya,” papar Gloria.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau