Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangnya Edukasi tentang Epilepsi Sebabkan Pengidap Masih Dicemooh

Kompas.com, 13 Maret 2025, 09:03 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kurangnya edukasi tentang epilepsi membuat Orang Dengan Epilepsi (ODE) rentan menjadi bahan olokan.

Setidaknya, itulah yang dilihat dan dialami sendiri oleh ODE bernama Nurhaya Nurdin S.Kep.,Ns.,MN.,MPH, seorang dosen di Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

“Memang menjadi salah satu tantangan, dan rasa yang kurang menyenangkan, bagi kami sebagai ODE. Di Indonesia, stigma tentang epilepsi masih kental dengan negatif,” kata dia kepada Kompas.com, Selasa (11/3/2025).

Baca juga: Cerita Nurhaya Nurdin, Epilepsi Bukan Penghalang Mengejar Pendidikan sampai S3

Epilepsi adalah penyakit gangguan sistem saraf pusat yang membuat aktivitas otak menjadi tidak normal.

Gejala epilepsi adalah kejang berulang yang diakibatkan oleh lepasnya muatan listrik neutron otak secara berlebihan. Biasanya, kondisi kejang berulang disertai dengan hilangnya kesadaran.

Berdasarkan pengalaman Aya, panggilan akrabnya, kejang pada epilepsi masih sering dikaitkan dengan kesurupan.

“Dan kalau ditolong, nanti yang menolong akan tertular. Jadi, memang persepsi seperti itu masih sangat berkembang,” kata dia.

Saat masih kecil, Aya pun pernah diejek dan dijauhi oleh teman-temannya. Bahkan, tetangganya pun melarang anaknya untuk bermain dengan Aya.

“Saya ingat punya olokan macam-macam, kadang bikin sedih saat pulang ke rumah. Apalagi kalau dicuekin sama teman, dan dianggap menular,” Aya berujar.

Belum lagi, masih banyak pertanyaan dari masyarakat yang menganggap bahwa epilepsi adalah penyakit yang menular dan turunan.

Misalnya, apakah epilepsi menular lewat busa yang keluar dari mulut ODE saat kejang dan apakah epilepsi merupakan penyakit turunan.

“Kalau saya lihat, di kampung atau mereka yang status ekonominya lemah dan pendidikan kurang, (persepsi) itu masih kuat sekali,” kata Aya.

Gencarkan edukasi tentang epilepsi

Aya menegaskan, bahwa edukasi tentang epilepsi sangat perlu digencarkan. Ada beberapa alasan mengapa hal tersebut perlu dilakukan.

Baca juga: Epilepsi Bisa Menular Lewat Air Liur, Mitos atau Fakta?

Pertama adalah agar ODE tidak lagi diolok-olok dan dianggap sebagai penyebar epilepsi. Kedua adalah agar pendamping ODE tahu cara menangani ODE saat kejang.

“Ada orang yang ingin bantu, tapi enggak tahu harus bagaimana membantunya. Apakah ditahan, atau dikasih sesuatu di dalam mulut orang yang kejang,” papar Aya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau