“Dulu sebenarnya saya malu ‘mengakui’ bahwa anak saya ODE. Jujur saya malu,” ungkap dia.
Menurut dia, tidak ada orangtua yang bisa menerima keadaan anaknya seperti itu, terutama ketika memikirkan masa depan Gwenny.
Gina khawatir apakah Gwenny bisa diterima oleh orang-orang di sekitarnya. Pasalnya, sebagian masyarakat Indonesia masih awal dengan epilepsi, baik penyebab maupun penanganan ketika kambuh.
“Tapi, orangtua saya kasih saya semangat, karena enggak bisa melawan kehendak Tuhan,” tutur dia.
Kala itu, ia sudah bergabung dalam forum Komunitas Epilepsi Indonesia (KEI). Di sana, sesama ODE sering membagikan kisah mereka, termasuk apa yang dirasakan dan dilakukan saat kejang kambuh.
Lambat laun perasaan malu itu menghilang. Menurut Gina, ia tidak bisa terus menyembunyikan diri dari keadaan anaknya.
Sebab, banyak anak-anak yang juga mengidap epilepsi seperti Gwenny. Ia pun kembali mengingat apa yang dikatakan oleh dokternya, yakni untuk menerima keadaan Gwenny agar Gwenny menerima keadaannya.
“Pikir bahwa di balik anak saya begitu, pasti ada yang spesial dari dia. Ada yang lebih dari dia. Kalau respons orang bilang epilepsi enggak bisa sembuh, saya enggak mau pikir ke situnya. Saya anggap terserah mereka mau bicara apa,” ungkap Gina.
“Saya enggak mau menghadapi ke depannya bagaimana. Saya mau menghadapi yang sekarang, karena perjalanan anak ini masih panjang. Saya enggak tahu apa yang akan terjadi dengannya ke depan,” tutup dia.
Sejak kembali meminum obatnya usai dihentikan oleh Gina dahulu kala, sampai saat ini kejang Gwenny tidak pernah kambuh. Bahkan, dokter mengatakan bahwa pengobatan Gwenny sudah bisa dihentikan.
Baca juga: Komunitas Epilepsi Indonesia, Tempat Para ODE Berbagi Cerita dan Informasi
Meski demikian, Gina masih enggan melakukannya, karena trauma yang diberikan ketika Gwenny kejang berulang kali saat obatnya disetop.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang