Perasaan ini bisa menjadi akar konflik yang umum terjadi, namun tidak disadari.
“Ada kalanya si ibu ini secara emosional sangat dekat dengan anak laki-lakinya atau ada kasus di mana ibu ini mengasuh anak laki-lakinya seperti suami yang tidak dia dapatkan,” jelas Farraas.
Menantu perempuan mungkin saja dibesarkan dalam keluarga dengan nilai dan kebiasaan berbeda.
Saat masuk ke keluarga suami, adaptasi jadi kunci meski hal tersebut tidak selalu mudah.
Baca juga: 5 Manfaat Berkebun seperti yang Dilakukan David Beckham
Di sinilah peran penting suami dan juga anak laki-laki dibutuhkan sebagai penengah.
Jika merekai tidak bisa menetapkan batas sehat antara istri dan ibunya, konflik akan berlarut-larut yang bisa merusak hubungan rumah tangganya dengan sang istri.
“Lebih parah lagi ketika anak laki-lakinya belum bisa menetapkan batasan yang sehat dengan orangtuanya. Jadi bingung mau mendukung siapa,” terang Farraas.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang