Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 12 Agustus 2025, 09:03 WIB
Nabilla Ramadhian,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Co-parenting atau pengasuhan bersama sering dilakukan oleh orangtua yang bercerai, untuk memastikan anak tetap tumbuh dengan cinta dan perhatian dari ayah dan ibunya, meskipun kedua orangtuanya sudah tidak tinggal seatap.

Ada beberapa figur publik yang menerapkan co-parenting, seperti Acha Septriasa dan Vicky Kharisma, Gading Marten dan Gisella Anastasia, serta Desta dan Natasha Rizky.

Rupanya, ada dampak positif dari co-parenting terhadap anak, meskipun dibesarkan oleh orangtua yang sudah bercerai.

Baca juga: Co-Parenting, Ketika Pasangan Bercerai Berbagi Pola Asuh Anak

Dampak positif co-parenting

1. Lebih mampu beradaptasi

Psikolog klinis anak dan remaja Alida Shally Maulinda, M.Psi., berpraktik di Sentra Pendidikan Khusus Amadeus, Manado, Sulawesi Utara, mengatakan bahwa anak bisa lebih mampu beradaptasi.

“Perpisahan orangtua merupakan hal yang signifikan bagi anak, sehingga anak yang diberikan persiapan secara fisik dan psikologis, akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan yang akan terjadi,” kata dia, Sabtu (9/8/2025).

Orangtua sebaiknya memberi tahu anak tentang apa yang terjadi. Ini dapat mempersiapkan anak dengan kehidupan barunya setelah orangtuanya bercerai.

“Ketika keputusan untuk bercerai sudah bulat bagi kedua pihak, anak harus diberi tahu. Luangkan waktu khusus untuk membicarakan ini pada anak. Lebih disarankan jika ayah dan ibu ada di situ,” tutur Alida.

Melibatkan anak dalam diskusi tersebut bukan berarti ayah dan ibu membicarakan semua hal tentang perceraian mereka, seperti penyebab perceraian, secara merinci. Caranya pun bukan langsung mengatakan “Ayah dan ibu bercerai ya, nak”.

Cara memberi tahu anak perlu disesuaikan dengan usia anak. Semakin muda usia mereka, semakin sederhana pula cara dan kata-kata yang digunakan.

Pada anak yang sudah mulai paham dengan isi dari buku yang dibaca, buku bisa menjadi alternatif untuk membantu ayah dan ibu menjelaskan soal situasi mereka.

Hal ini dapat membuat anak lebih mudah beradaptasi saat dihadapkan dengan situasi baru di masa yang akan datang.

“Misalnya mulai dari pengenalan sekolah atau tempat tinggal baru, hingga pengenalan tentang pikiran dan perasaan yang mungkin akan anak rasakan, dan cara mengatasinya,” tutur Alida.

2. Lebih mampu mengelola emosi

Kekompakan antara ayah dan ibu saat co-parenting memengaruhi kemampuan anak berusia 9-16 tahun dalam mengelola emosi.

Misalnya adalah orangtua dengan sudut pandang yang sama tentang anak, seperti anak perlu lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengekspresikan emosinya.

“Ini akan membantu anak terbuka mengenai perasaannya, serta mampu mengelola diri secara efektif ketika merasakan emosi negatif,” terang Alida.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau