Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai orangtua yang memiliki anak lebih dari satu, kadang memang susah membagi keadilan, waktu, dan perhatian secara sama rata.
Namun, menurut psikolog anak dan play therapy, Anastasia Satriyo, M.Psi, keadilan justru bukan tentang jumlah waktu yang sama, melainkan bagaimana setiap anak merasa spesial lewat momen one on one atau satu per satu bersama orangtuanya.
Menurutnya, banyak juga orangtua sering tidak sadar bahwa kedekatan emosional dengan anak justru menjadi kebutuhan utama mereka sejak awal.
"Kita itu tidak tahu bahwa kedekatan sama anak itu spesial banget, karena kan mereka lahir dari rahim kita sembilan bulan, jadi anak selalu ada namanya kebutuhan emosi dari kita," ujar Anastasia, dalam peluncuran Lexus edisi spesial BT21, di Jakarta, Jumat (10/10/2025).
Baca juga: Mengekpresikan Emosi Termasuk Kebutuhan Anak, Orangtua Wajib Ingat
Namun, seiring anak tumbuh besar, tak jarang orangtua mulai berjarak tanpa sadar. Kalimat seperti 'Kamu kan udah gede, harusnya bisa sendiri' dianggap hal biasa, padahal bisa membuat anak merasa orangtuanya tak lagi mencintainya secara penuh.
"Kalau tangki kebutuhan emosinya merasa dicintai kurang, pasti kita susah tuh ngasih suruhan-suruhan," tambahnya.
Anastasia Satriyo, M.Psi., psikolog anak dan play therapy, dalam peluncuran Lexus edisi spesial BT21, di Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).
Untuk mengisi kebutuhan emosi anak, Anastasia menyarankan untuk para orangtua menciptakan momen khusus bernama special time one on one.
"Caranya kita butuh namanya special time one on one sama si anak, salah satunya ngobrol bareng, main bareng, keluar bareng, kasih waktu 30 menit. Jadi di otak anak memahami waktu layaknya orang dewasa," jelasnya.
Ia mencontohkan, orangtua bisa menjadikan special time ini sebagai bagian dari aturan keluarga.
Baca juga: Bukan Sekadar Ngemil, Snacking Time Bisa Jadi Momen Bonding antara Orangtua dan Anak
Misalnya, dengan menulis jadwal di papan tulis di rumah atau menyepakati waktu tetap setiap minggu, seperti minggu ini siapa yang akan special time sama Mama dan Papa, dan minggu depannya lagi siapa.
"Kalau kita bikin budaya keluarga kayak gitu, anak jadi tahu kapan gilirannya. Misalnya, mama punya tiga anak, nanti gantian satu per satu selama 30 menit," ujarnya.
Bagi keluarga dengan waktu yang sibuk, durasi bisa disesuaikan. Mungkin 15 menit pun cukup, selama waktu itu diberikan sepenuhnya tanpa gangguan. Yang penting anak merasa di momen itu dia satu-satunya yang spesial.
Lebih lanjut, Anastasia juga menuturkan, bahwa pendekatan special time berbeda-beda tergantung usia anak.
Baca juga: Memperlakukan Anak dengan Adil
Untuk anak usia sekitar delapan tahun, misalnya, orangtua bisa melatih kemandirian lewat komunikasi yang lembut, bukan paksaan.
"Kalau anak mau dilatih makan sendiri atau tidur sendiri, yang kita butuhan itu adalah briefing dulu, karena otak anak belum terbiasa. Misalnya 'Mama pengin deh kamu bisa makan sendiri, tapi boleh kok makan bareng mama waktu weekend'. Jadi dia enggak langsung merasa enggak adil banget," jelasnya.
Menurutnya, cara itu membantu anak memahami bahwa kemandirian bukan berarti kehilangan perhatian orangtua.
"Anak perlu merasa aman dulu sebelum bisa belajar mandiri," ungkapnya.
Ilustrasi anak bermain.Setiap anak, terutama dalam urutan kelahiran yang berbeda, memiliki kebutuhan emosional yang juga tidak sama.
Baca juga: Cara Menjadi Ayah yang Adil bagi Anak Kandung dan Anak Sambung Menurut Psikolog
"Kalau anak pertama memang keliatan dari awal lebih mandiri, karena kan dia lahir belum ada kakaknya. Kalau anak kedua kayak 'tau-tau kok ada makhluk lain lagi' Jadi perasaan ingin terus jadi anak kecil lebih kuat dari anak pertama," terangnya.
Sementara anak ketiga atau yang lebih kecil biasanya mencari kedekatan fisik, seperti dipeluk atau digendong.
Karena itu, penting bagi orangtua untuk menyesuaikan bentuk special time sesuai kebutuhan anak masing-masing. Bisa dengan bermain, bercerita, atau sekadar ngobrol sebelum tidur.
"Kalau yang umur pertama bisa kita bilang, 'eh kalau adek udah tidur cepet, kalau kamu kooperatif nanti kita bisa ngobrol, cerita-cerita, lho'. Jadi kita mengatur waktu kayak wasit gitu," ungkapnya.
Baca juga: Studi: Kontrol Orangtua Terlalu Ketat Picu Kecemasan Sosial Pada Remaja
Kendati demikian, sebagian orangtua juga yang masih berpikir bonding time harus lama dan sempurna. Sejatinya, yang utama adalah kualitas kehadiran itu. Bagaimana orangtua memaksimalkan waktu berdua dengan anak dengan penuh perhatian.
Lewat special time one on one, orangtua bukan hanya belajar membagi waktu, tapi juga membangun hubungan yang adil secara emosional pada tiap anak.
Sebab, adil bukan berarti sama, tapi memastikan tiap anak merasa dicintai dengan cara yang paling ia butuhkan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang