Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Jadi Orangtua yang Bersikap Adil pada Anak? Psikolog Ungkap Caranya

Kompas.com, 14 Oktober 2025, 10:05 WIB
Rafa Aulia Febriani ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai orangtua yang memiliki anak lebih dari satu, kadang memang susah membagi keadilan, waktu, dan perhatian secara sama rata. 

Namun, menurut psikolog anak dan play therapy, Anastasia Satriyo, M.Psi, keadilan justru bukan tentang jumlah waktu yang sama, melainkan bagaimana setiap anak merasa spesial lewat momen one on one atau satu per satu bersama orangtuanya.

Menurutnya, banyak juga orangtua sering tidak sadar bahwa kedekatan emosional dengan anak justru menjadi kebutuhan utama mereka sejak awal.

"Kita itu tidak tahu bahwa kedekatan sama anak itu spesial banget, karena kan mereka lahir dari rahim kita sembilan bulan, jadi anak selalu ada namanya kebutuhan emosi dari kita," ujar Anastasia, dalam peluncuran Lexus edisi spesial BT21, di Jakarta, Jumat (10/10/2025).

Baca juga: Mengekpresikan Emosi Termasuk Kebutuhan Anak, Orangtua Wajib Ingat

Namun, seiring anak tumbuh besar, tak jarang orangtua mulai berjarak tanpa sadar. Kalimat seperti 'Kamu kan udah gede, harusnya bisa sendiri' dianggap hal biasa, padahal bisa membuat anak merasa orangtuanya tak lagi mencintainya secara penuh.

"Kalau tangki kebutuhan emosinya merasa dicintai kurang, pasti kita susah tuh ngasih suruhan-suruhan," tambahnya.

Mengenal konsep special time one on one

Anastasia Satriyo, M.Psi., psikolog anak dan play therapy, dalam peluncuran Lexus edisi spesial BT21, di Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).KOMPAS.com/RAFA AULIA FEBRIANI Anastasia Satriyo, M.Psi., psikolog anak dan play therapy, dalam peluncuran Lexus edisi spesial BT21, di Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).

Untuk mengisi kebutuhan emosi anak, Anastasia menyarankan untuk para orangtua menciptakan momen khusus bernama special time one on one.

"Caranya kita butuh namanya special time one on one sama si anak, salah satunya ngobrol bareng, main bareng, keluar bareng, kasih waktu 30 menit. Jadi di otak anak memahami waktu layaknya orang dewasa," jelasnya.

Ia mencontohkan, orangtua bisa menjadikan special time ini sebagai bagian dari aturan keluarga.

Baca juga: Bukan Sekadar Ngemil, Snacking Time Bisa Jadi Momen Bonding antara Orangtua dan Anak

Misalnya, dengan menulis jadwal di papan tulis di rumah atau menyepakati waktu tetap setiap minggu, seperti minggu ini siapa yang akan special time sama Mama dan Papa, dan minggu depannya lagi siapa.

"Kalau kita bikin budaya keluarga kayak gitu, anak jadi tahu kapan gilirannya. Misalnya, mama punya tiga anak, nanti gantian satu per satu selama 30 menit," ujarnya.

Bagi keluarga dengan waktu yang sibuk, durasi bisa disesuaikan. Mungkin 15 menit pun cukup, selama waktu itu diberikan sepenuhnya tanpa gangguan. Yang penting anak merasa di momen itu dia satu-satunya yang spesial.

Menyesuaikan pendekatan dengan usia anak

Lebih lanjut, Anastasia juga menuturkan, bahwa pendekatan special time berbeda-beda tergantung usia anak.

Baca juga: Memperlakukan Anak dengan Adil

Untuk anak usia sekitar delapan tahun, misalnya, orangtua bisa melatih kemandirian lewat komunikasi yang lembut, bukan paksaan.

"Kalau anak mau dilatih makan sendiri atau tidur sendiri, yang kita butuhan itu adalah briefing dulu, karena otak anak belum terbiasa. Misalnya 'Mama pengin deh kamu bisa makan sendiri, tapi boleh kok makan bareng mama waktu weekend'. Jadi dia enggak langsung merasa enggak adil banget," jelasnya.

Menurutnya, cara itu membantu anak memahami bahwa kemandirian bukan berarti kehilangan perhatian orangtua. 

"Anak perlu merasa aman dulu sebelum bisa belajar mandiri," ungkapnya.

Anak pertama, kedua, dan ketiga punya kebutuhan berbeda

Ilustrasi anak bermain.Dok. Freepik/Freepik Ilustrasi anak bermain.

Setiap anak, terutama dalam urutan kelahiran yang berbeda, memiliki kebutuhan emosional yang juga tidak sama. 

Baca juga: Cara Menjadi Ayah yang Adil bagi Anak Kandung dan Anak Sambung Menurut Psikolog

"Kalau anak pertama memang keliatan dari awal lebih mandiri, karena kan dia lahir belum ada kakaknya. Kalau anak kedua kayak 'tau-tau kok ada makhluk lain lagi' Jadi perasaan ingin terus jadi anak kecil lebih kuat dari anak pertama," terangnya. 

Sementara anak ketiga atau yang lebih kecil biasanya mencari kedekatan fisik, seperti dipeluk atau digendong.

Karena itu, penting bagi orangtua untuk menyesuaikan bentuk special time sesuai kebutuhan anak masing-masing. Bisa dengan bermain, bercerita, atau sekadar ngobrol sebelum tidur.

"Kalau yang umur pertama bisa kita bilang, 'eh kalau adek udah tidur cepet, kalau kamu kooperatif nanti kita bisa ngobrol, cerita-cerita, lho'. Jadi kita mengatur waktu kayak wasit gitu," ungkapnya. 

Baca juga: Studi: Kontrol Orangtua Terlalu Ketat Picu Kecemasan Sosial Pada Remaja

Kendati demikian, sebagian orangtua juga yang masih berpikir bonding time harus lama dan sempurna. Sejatinya, yang utama adalah kualitas kehadiran itu. Bagaimana orangtua memaksimalkan waktu berdua dengan anak dengan penuh perhatian. 

Lewat special time one on one, orangtua bukan hanya belajar membagi waktu, tapi juga membangun hubungan yang adil secara emosional pada tiap anak. 

Sebab, adil bukan berarti sama, tapi memastikan tiap anak merasa dicintai dengan cara yang paling ia butuhkan. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau