Penulis
“Kalau perubahan itu sampai mengganggu fungsi sehari-hari, misalnya tidak bisa bekerja, tidak bisa bergaul, atau tidak mau merawat diri, itu sudah masuk kategori gangguan mental,” tegas dr. Hilda.
Baca juga: Cara Nicholas Saputra Jaga Kesehatan Mental dan Tubuh, Puasa Gadget
Gangguan mental tidak terjadi secara tiba-tiba. Menurut dr. Hilda, kondisi tersebut biasanya berkembang secara perlahan, diawali dari stres yang terus dibiarkan.
Karena itu, mengenali tanda-tandanya sejak dini bisa membantu seseorang mendapatkan pertolongan yang tepat.
“Kalau sudah merasa tidak mampu mengatasi sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Sama seperti penyakit fisik, gangguan mental juga bisa diobati,” ujar dr. Hilda.
Selain mencari bantuan ahli, menjaga rutinitas sehat seperti tidur cukup, olahraga ringan, mengatur waktu istirahat, serta berbagi cerita dengan orang tepercaya juga penting dilakukan.
Baca juga: Psikolog Sebut Doom Scrolling Medsos Sebelum Tidur Bisa Ganggu Kesehatan Mental
Menurut dr. Hilda, menjadi “waras” di tengah kerasnya hidup bukan berarti tidak pernah stres, melainkan mampu beradaptasi tanpa kehilangan fungsi sosial dan pribadi.
“Hidup memang keras, tapi bukan berarti kita harus ikut keras juga. Justru dengan menjaga kesehatan mental, kita bisa tetap berpikir jernih dan bertindak bijak,” ungkapnya.
Rasa lelah dan tekanan adalah hal yang manusiawi, tetapi bila berlangsung lama dan mengganggu aktivitas harian, bisa jadi itu bukan sekadar stres biasa.
Mengenali tanda-tanda awal dan mencari bantuan profesional adalah langkah pertama untuk tetap “waras di tengah hidup yang keras.”
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang